26 Agustus, 2009

SCREENDOCS 2009 GOTHE HOUSE


In-Docs dan Goethe-Institut Jakarta mempersembahkan
screenDocs! Regular: diskusi dan pemutaran film dokumenter 8 Sept 2009
17.30 WIB GoetheHaus Jl. Sam Ratulangi 9-15, Jakarta Pusat www.goethe.de


FILM
1. Wow! Vanessa - The Big Jump (Georg Bussek | Germany)
2. Joki Kecil (Yuli Andari M, Anton Susilo | Indonesia)
3. Tom W ( Anna Wieckowska | Poland)
4. Di Atas Rel Mati (Nur Fitriah Napiz, Welldy Handoko | Indonesia

DISKUSI

Tema: Anak
Speaker:
1. Joshua (mantan penyanyi cilik)
2. Ery Seda (Sosiolog)
Moderator: Chandra Tanzil (sutradara dan produser film dokumenter)

SINOPSIS

Wow! Vanessa - The Big Jump
Vanessa melompat di atas mobil dan melempar dirinya ke atas kuda. Dia telah berjuang bersama teman-temannya dan orang tuanya bahagia dan bangga akan dirinya. Vanessa adalah gadis berusia 11 tahun dan menjadi stunt girl. Segera dia akan melompat dari ketinggian 6 meter. Dia telah berlatih keras untuk lompatan tersebut di sebuah sekolah Stunt. Meskipun begitu ia membutuhkan keberanian yang besar untuk melakukannnya..

Joki Kecil
Pacuan kuda adalah tradisi rakyat yang populer di Sumbawa. Para pengendara kuda adalah anak-anak yang nasibnya tidak sebagus para pemilik kuda. Joki kecil harus menaiki kuda liar tanpa peralatan keamanan yang memadai dengan imbalan yang tidak seberapa. Orang-orang yang berperan dalam pacuan kuda ini, ikut andil dalam arena kemenangan, kebanggaan, perjudian dan kepedihan.


Tom W
Tom berusia 12 tahun dan hidup di Polandia. Sepulang sekolah ia membantu keluarganya: bekerja, pindah ke rumah baru, membeli hadiah natal. Tidak ada masalah bagi Tom sebenarnya, lagipula siapa yang akan melalukan pekerjaan-pekerjaan itu selain dirinya? Cara anggota keluarga lain mengatur kehidupan sehari-hari mereka adalah sesuatu yang benar-benar masalah yang berbeda.


Di Atas Rel Mati
Wahyudi, Ropik, Ade dan Wanto menuturkan tetang keseharian mereka sebagai ‘anak lori’. Anak-anak ini mencoba bertahan hidup dengan menyediakan jasa transportasi lori dorong, sebuah alat untuk mengangkut penumpang dan barang yang kerap dimanfaatkan oleh warga kampung Dao Atas, Ancol – Jakarta. Latar belakang kemiskinan yang membuat mereka putus sekolah. Kehidupan sebagai anak lori membuat mereka beranggapan bahwa sekolah tidak penting. Hal menimbulkan sikap skeptis dalam memandang masa depan.
BACA SELANJUTNYA...

PROTES PERDA,PSK BUAT FILM DOKUMENTER


BLITAR - Para Pekerja Seks Komersial (PSK) penghuni 3 lokalisasi legal di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, akan membuat film dokumenter sebagai bentuk protes atas peraturan daerah yang melarang lokalisasi PSK.

Dalam durasi 45 menit, para wanita tunasusila "warga" lokalisasi Tanggul, Desa Pasirharjo, Kecamatan Talun, lokalisasi Poluhan, Desa Kendalrejo, Kecamatan Srengat, dan Ngreco, Kec Selorejo, berusaha memperlihatkan kondisi sosial mereka dalam adegan gerak dan dialog.



Film tersebut ingin menunjukkan kepada masyarakat dan pemerintah, bahwa PSK bukanlah sekumpulan orang buangan yang tidak bercita-cita. Mereka juga manusia seperti halnya anggota masyarakat pada umumnya, yang ingin hidup sejahtera secara ekonomi dan sosial.

Menurut keterangan Mawan Wahyudin, Direktur NGO The Post Institute, selaku pendamping PSK, film dokumenter ini merupakan wujud protes PSK atas dikeluarkanya Perda No 15, Tahun 2008 tentang pelarangan lokalisasi di Kabupaten Blitar.

"Kita tidak hanya melakukan aksi unjuk rasa dengan mendatangi legislatif dan eksekutif untuk bernegoisasi. Namun aspirasi (protes) ini, kita kemas dalam sebuah film dokumenter," ujar Mawan.

Dalam adegan, sebanyak 74 PSK Talun, 35 PSK Selorejo, dan 106 PSK Poluhan Srengat, mengambil setting lokasi secara berpindah-pindah.

Dalam beberapa babak, akan disajikan kehidupan remang PSK dalam mengais rupiah, hingga "tembakan" dialog yang menunjukkan protes terhadap negara dan sistem yang tidak memihak.

Rentetan adegan visual itu menurut Mawan, untuk mematahkan asumsi yang berlaku di masyarakat selama ini, jika PSK murni (ansich) memburu ekonomi.

"Itu semua tidak benar, karena sebenarnya ada problem lebih besar yang sifatnya mentalitas atau psikis. Dan itu menjadi tugas negara dan kita semua untuk memecahkanya," paparnya.

Film yang secara finansial, ditopang secara swadaya ini, rencananya akan diedarkan di kalangan tertentu, termasuk diberikan para pembuat kebijakan.

"Dengan film yang belum kita kasih judul ini, kita akan berusaha menggugah hati para penguasa, bagaimana memperlakukan kelompok yang marjinal ini," jelasnya.

Sementara Bupati Blitar, Herry Noegroho, sebelumnya mengatakan siap mengubah kebijakan yang dicetuskan dalam Perda pelarangan prostitusi. Orang nomor satu di Kabupaten Blitar ini berencana akan melokalisir para PSK di lokalisasi Ngreco Kec Selorejo, bukan menutup seluruhnya. "Jadi yang ditutup hanya di Talun dan Srengat. Semua PSK ini akan dilokalisir di Selorejo, "pungkasnya. (solichan arif)
BACA SELANJUTNYA...

26 Juli, 2009

DAYAK DUSUN MENANG LOMBA FILM DOKUMENTER


DAYAK DUSUN Pemenang Film Dokumenter Pekan Budaya

"Dayak Dusun" sebuah film dokumenter memenangi Festival Film pada Pekan Budaya, Seni dan Film di Cirebon yang berlangsung 15-20 Juni 2009 dan karenanya berhak atas biaya produksi uang Rp6 juta.

Juri pada festival Film itu, Hadi di Cirebon, Sabtu, mengatakan ada sebanyak 22 judul film dokumenter yang diikutkan dalam festival itu dan enam di antaranya masuk dalam nominasi.

Lima juri memilih tiga film dokumenter sebagai pemenang harapan dan tiga Judul Film pemenang I, II dan III.



Pemenang pertama adalah film dokumenter "Dayak Dusun" produksi Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Pontianak, kemudian "Makare" produksi BKSNT Denpasar, "Nyanyian Sederhana" produksi BPSNT Makassar.

Ketiga film itu mepadat uang produksi masing-masing Rp6 juta, Rp5 juta dan Rp4 juta.

Selanjutnya, pemenang harapan masing-masing "Pesta Tabloid Anak" produksi BPSNT Padang, "Upacara Sedekah Laut Jepara," produksi BPSNT Yogyakarta dan "Keraton Kesepuhan Cirebon" produksi BPSNT Bandung.

Masing-masing produksi film pemenang harapan tersebut mendapat uang produksi Rp2 juta.

Sementara itu, Direktur Perfilman Indonesia, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Ukus Kuswara, kepada wartawan mengatakan adanya Pekan Budaya, Seni dan Film tersebut sangat besar artinya. seperti film menimbulkan identitas budaya dan menumbuhkan ekonomi masyarakat.

Ia menilai, selama pelaksanaan Pekan Budaya, Seni dan Film, mendapat sambutan diluar dugaan. "Antusiasme masyarakat diluar dugaan, terutama generasi muda," katanya.

Pekan Budaya, Seni dan Film itu sengaja tidak dibuat seremonial, toh hasilnya cukup menggembirakan. Indikatornya, pengunjung selalu padat baik untuk pameran, diskusi dan "whorksop" serta seminar, katanya.

Karena itu, kegiatan serupa akan digelar di daerah lain dan direncanakan menjadi agenda tahunan.

Dikatakannya, pentingnya Pekan Budaya, Seni dan Film tersebut untuk lebih melibatkan masyarakat dalam lintasan budaya.

"Bayangkan, sejak lahir kita sudah berada di lingkungan budaya yang berbeda. Karena itu, pemahaman tentang budaya yang berbeda tersebut sengat penting dan harus dipelihara," tambahnya.

BACA SELANJUTNYA...

11 Juli, 2009

MANUSIA PURBA


Manusia Makan Ikan Sejak 40 Ribu Tahun Lalu


Liputan6.com,Beijing: Sejak kapan manusia mulai teratur makan ikan? Barangkali hal itu pernah terbesit di benak Anda. Pertanyaan tersebut saat ini sudah terjawab dengan hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, baru-baru ini. Penelitian itu menunjukkan setidaknya satu dari nenek moyang kita telah makan ikan secara teratur sejak 40 ribu tahun yang lalu.



Kesimpulan itu diperoleh setelah ilmuwan menganalisis komposisi kimia dari protein dan kolagen rangka manusia purba. Fosil tersebut berasal dari Tianyuan Gua, sebuah daerah yang berdekatan dengan Ibu Kota Cina Beijing. "Analisis ini memberikan bukti pertama konsumsi ikan di era awal manusia modern di Cina. Hal ini mempunyai implikasi untuk manusia modern," ujar Michael P. Richards dari Max Planck Institute for Evolutionary Antropologi.

Peneliti lainnya berasumsi konsumsi ikan telah membantu otak manusia tumbuh lebih besar. Meskipun konsumsi daging hewan telah dilakukan 2 juta tahun yang lalu turut menyumbang tumbuhnya otak manusia.

Kesimpulan penelitian itu masih perlu dibuktikan lebih lanjut. Pasalnya, manusia tidak menggunakan alat-alat tambahan sekitar 50 ribu tahun yang lalu.(AND/LiveScience)

BACA SELANJUTNYA...

27 Juni, 2009

VISI NASIONAL MELALUI FILM DOKUMENTER


Gerzon R Ayawaila; Sosok dan Kiprahnya

Gerzon R Ayawaila

OSCAR 2009 baru saja berlalu dan meninggalkan prestasi yang menarik, karena film dokumenter panjang Man on Wire dan dokumenter pendek Smile Pinky menjadi pemenangnya. Lalu, bagaimana dengan kondisi di Indonesia? Kita akan membicarakannya dengan Gerzon R. Ayawaila, dosen Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang pernah menjadi juri Festival Film Indonesia (FFI) dan seorang sutradara film dokumenter.



Gerzon R. Ayawaila mengatakan, dokumenter bukan sekadar sebuah produk entertaiment, tapi menjadi sebuah produk untuk media pembelajaran yang maknanya lebih dalam dan jauh. Misalnya, saudara-saudara kita di daerah yang tingkat pendidikannya sangat rendah sehingga membaca pun tidak bisa, ketika kami putarkan sebuah film instructional documenter mereka langsung paham. Padahal penyuluhan telah dilakukan beberapa kali, tapi mereka tetap tidak paham.
Menurut Gerzon, tayangan Discovery-National Geography mau dan berani investasi di documenter, karena melihat nanti mereka akan memiliki arsip visual mengenai dunia. Jadi, nanti agak dramatis kalau anak cucu kita ingin mengetahui atau menonton kesenian Dayak harus membeli di Discovery, karena kita tidak memiliki dokumentasi visualnya lagi. Hal-hal seperti itu yang kita di Indonesia belum melihatnya. Jadi film dokumenter merupakan investasi jangka panjang, paling tidak untuk arsip visual bagi kita. Berikut wawancara Jaleswari Pramodhawardani dengan Gerzon R. Ayawaila.

Ketika berbicara film dokumenter mungkin tidak sejelas kalau kita berbicara film fiksi. Bagi orang awam, film dokumenter adalah film hitam putih, dan juga film yang berbicara mengenai kenyataan tapi kemudian timbul pertanyaan mengenai seperti apa kenyataan itu. Menurut Anda, apa sebenarnya film dokumenter?

Kalau kita ingin menjabarkan film dokumenter tentu tidak bisa sekilas, karena memang panjang penjelasannya. Namun bisa diawali dengan penjelasan bahwa film pertama dunia adalah film dokumenter, bukan film cerita atau film lainnya. Kalau kita lihat berapa dekade lalu, film dokumenter pasti hitam putih tapi sebenarnya bukan soal warna dan teknis yang membedakannya dengan film fiksi. Yang membedakannya adalah isinya. Film dokumenter menuturkan suatu peristiwa yang otentik dan apa adanya. Itu tentu berbeda dengan film fiksi yang kisah atau penuturannya merupakan suatu kreatifitas imajinatif.

Kalau kita merujuk ke film Indonesia, apa yang disebut film dokumenter itu? Apakah seperti jenis film G30S PKI?

Kalau film G30S PKI, yang pada masa Orde Baru setiap tahun diputar, masih satu rumpun dengan dokumenter, tapi lebih disebut dengan istilah dokudrama. Dokudrama atau bahasa umumnya kisah nyata (true strory), sebenarnya sebuah kisah rekonstruksi dari sebuah peristiwa yang benar-benar terjadi. Perbedaan antara dokudrama dan dokumenter ada pada tujuannya. Dokudrama lebih komersil, jadi untuk diperdagangkan secara jelas. Sementara dokumenter mempunyai aspek lebih luas yaitu bisa komersil dan bisa tidak sama sekali.

Lalu kalau kita melihat sejarahnya, bagaimana sejarah film dokumenter di Indonesia?

Kalau secara sejarahnya, dokumenter itu sangat kelam sekali. Kita berawal dengan kolonialisme. Ketika Belanda mulai memperkenalkan filmnya, yang sekarang kita kenal dengan layar tancap di daerah Kebon Kacang, belakang Hotel Indonesia-Jakarta, merupakan film dokumenter. Belanda memperlihatkan kejayaan dan kemewahan ratu mereka. Kemudian pada saat itu banyak diproduksi film-film dokumenter yang tujuannya memang propaganda. Dalam hal ini film dokumenter itu bisa menjadi media pembelajaran yang bersifat pencerahan, tapi juga bisa memberikan pemahaman yang justru manipulatif. Itu yang agak sensitif dari film dokumenter dibanding cerita biasa.

Apa maksudnya manipulatif di sini?

Misalnya, dari tujuan untuk memberikan visi baru atau pemahaman baru, tetapi sebenarnya film dokumentar bisa menjadi suatu upaya propaganda untuk memanipulasi fakta yang ada. Pada perang dunia ke-2, Adolf Hitler (pemimpin NAZI Jerman, Red) sangat piawai dalam menciptakan film dokumenter menjadi satu mitos dunia. Sedangkan di Indonesia, Belanda jelas mempropagandakan keindahan Hindia-Belanda kepada rakyatnya sendiri, bahwa di Indonesia tidak ada penderitaan dan hidupnya bagai di surga. Itu contoh dari manipulatif film dokumenter menjadi tujuan propaganda.
Setelah Belanda, Jepang masuk ke Indonesia. Jepang sama saja bahkan lebih jeli dari Belanda dengan masuk ke dalam kesenian Indonesia terutama film. Kemudian kita masuk ke zaman Orde Lama. Mungkin Orde Lama masih sibuk dengan urusan rumah tangganya, sehingga tidak terlalu besar perhatian pada film terutama dokumenter. Zaman Orde Lama masih juga bersifat propaganda, tapi untuk tujuan atau membangun nasionalisme di Indonesia. Setelah itu kita masuk Orde Baru. Pada zaman ini juga masih bersifat propaganda dan itu sangat jelas, sehingga masyarakat umum sampai tidak tahu kalau itu namanya film dokumenter.

Bagaimana kalau film dokumenter di TV?

Kalau di TV, masyarakat lebih mengetahuinya sebagai film penyuluhan atau program penyuluhan, dan tidak mengetahui kalau itu film dokumenter juga. Itu bentuk propaganda atau rekayasa dari film dokumenter. Menjelang akhir kekuasaan Orde Baru, ada beberapa kawan saya dengan produsernya antara lain Mira Lesmana didukung teman-teman yang cukup memiliki talenta seperti Riri Riza, Nan T Achnas membuat dokumenter seri berjudul 'Anak Seribu Pulau'. Meskipun itu konsepnya film tapi ditayangkan di televisi. Itu merupakan nafas baru bagi dunia dokumenter di Indonesia.
Itu film dokumenter, hanya istilahnya saja dokumenter televisi dan dokumenter film. Saat itulah Mira dan kawan-kawan mampu menembus hegemoni televisi untuk menayangkan film dokumenter ke seluruh televisi. Itu salah satu dobrakan yang saya perlu acungkan jempol. Kemudian ada satu kawan lagi, yaitu Tino Sawunggalu membuat sebuah dokumenter yang saya anggap mampu menembus jaringan bioskop 21. Judulnya kalau tidak salah, 'Student Movement' mengenai peristiwa Mei 1998. Saya kagum, karena mengetahui bagaimana pontan-panting dia dalam mencari biaya pembuatan film itu.

Mengapa tidak ada yang tertarik mensponsori film dokumenter?

Film dokumenter masih dilihat sebagai proyek rugi, karena biaya pembuatannya besar tapi tidak bisa dijual. Proses pembuatannya minimal 1-2 tahun. Jadi hanya produser-produser yang idealis yang membuatnya. Biasanya yang mensponsori adalah lembaga donor luar maupun dalam negeri. Namun dengan media televisi, dokumenter makin berkembang membuat kita menjadi rancu sendiri walaupun ada juga yang masih tetap di jalurnya. Yang tetap di jalurnya mendistribusikan filmnya ke festival atau TV asing. Kita sebenarnya belum melihat dokumenter bisa menjadi produk yang memiliki pemirsa sendiri.

Jika kita melihat Academy Award Festival (Oscar), terlihat bahwa penghargaan terhadap film dokumenter setara dengan film fiksi lainnya? Bagaimana dengan penghargaan film dokumenter di Festival Film Indonesia (FFI)? Karena kita tidak tahu apa film dokumenter yang dianggap terbaik di Indonesia?

Saya agak takut menjawab mengenai mana yang terbaik. Yang baik banyak, misalnya, kalau tidak salah pada 2006 pemenangnya adalah, teman saya Wiranegara yang membuat film mengenai potret Pakubuwono XII. Bagi saya, itu karya dahsyat karena dia membuat film itu dalam kurun dua tahun dengan durasi 48 - 52 menit. Dia menang di FFI, tapi itu sebuah proses panjang dengan pontang-panting. Sebuah proyek idealis walaupun akhirnya dia mendapat bantuan juga. Yang seperti itu jarang sekali. Di Indonesia memang kurang sekali ada stimulus. Apalagi sekarang semuanya menjadi distribusi televise, sehingga apapun bentuknya tetap untuk program televisi.
Ini membedakannya dengan di luar negeri, di mana bisa menjadi film dokumenter atau dokumenter televisi. Misalnya, festival yang cukup besar dan bergengsi di Belanda, yaitu International Documentary Festival Amsterdam (IDFA) menjadi pelopor festival dunia untuk dokumenter. Di situ ada berbagai jenis kriteria penilaian seperti ada film dokumenter berdurasi 1-1,5 jam, dan short documentary berdurasi 40-45 menit. Ada juga video documentary yang biasanya dibuat untuk televisi. Jadi di sana dibuat berbagai jenis kriterianya yang saya anggap, “Kok mereka berani membuatnya?” Kita semua mungkin mengetahui tayangan Discovery, National Geography di mana semua dokumenter ada di situ dan mereka mampu membuatnya.
Kita melihat mereka mau investasi di documenter, karena menyadari nanti mereka akan memiliki arsip visual mengenai dunia. Jadi nanti agak dramatis kalau anak cucu kita ingin mengetahui atau menonton kesenian Dayak harus membeli pada program Discovery, karena kita tidak memiliki dokumentasi visualnya lagi. Hal-hal seperti itu yang kita di Indonesia belum melihatnya. Jadi ini sebuah investasi jangka panjang, paling tidak untuk arsip visual bagi kita.

Apakah sekarang di Indonesia ada atau tidak semacam komunitas, atau institusi yang menyelenggarakan secara berkala festival film dokumenter seperti di Amsterdam tadi?

Kalau belakangan ini bagi saya pribadi paling tidak, sangat cukup bahagia dengan pertumbuhan atau perkembangan yang ada. Ada satu forum yang sampai sekarang tetap menggelarnya yaitu Festival Film Dokumenter (FFD) Yogyakarta. Itu dilakukan setiap tahun dengan peserta dari seluruh mancanegara. Jadi ada sutradara-sutradara asing yang datang dan mengikutsertakan filmnya. Kemudian di Jakarta ada Jakarta International Film Festival (JiFFest), yang memutar sejumlah film dokumenter.
Pelopor atau pendirinya adalah Shanti Harmen, orang yang memang berangkat dari dokumenter. Dia memberikan sesi dokumenter dan film-film dokumenter untuk ditonton di JiFFest. Jadi di Indonesia cuma ada dua yaitu JiFFest dan FFD. FFD ini khusus dokumenter, sedangkan JiFFest masih campuran. Saya lihat kedua festival tersebut ada pertumbuhannya, sehingga kalau mereka terus mendapat dukungan maka akan menjadi level dunia karena sudah mulai dikenal. Jadi kini tergantung bagaimana menjaga level tersebut atau keberadaan mereka. Kemudian yang kecil-kecil ada beberapa kali saya juga dipanggil, misalnya untuk lembaga pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat (LSM), tapi itu berdasarkan event jadi bukan status yang reguler.

Anda dosen Institut Kesenian Jakarta (IKJ), bagaimana dokumenter di IKJ?

Di IKJ kita sedang menyiapkannya untuk menjadi sebuah program studi. Kalau untuk jurusan mungkin agak berat baik menyangkut biaya maupun sumber daya manusia (SDM) pengajar. Kalau sekarang istilahnya ‛major’ dalam mengambil dokumenter di IKJ.

Apakah mahasiswanya banyak?

Sangat minim. Paling banyak sekarang adalah sutradara karena anak sekarang maunya menjadi sutradara, menjadi selebritis.

Mengapa Anda memilih dokumenter?

Sedikit bernostalgia, saya sekolah film tetapi saya tidak terlalu tergila-gila untuk nonton film fiksi. Kemudian ada salah satu almarhum dosen saya yang menemukan bahwa, ”Ini lho anak sekolah film tetapi tidak mau menonton film.” Pada 1970-an kalau kita menonton di bioskop maka di depanya akan ada semacam news reel yang diputar. Semacam film berita, karena kalau tidak salah Televisi Republik Indonesia (TVRI) memiliki news yang lebih aktual sedangkan ini lebih kepada film berita. Saya lebih suka itu, bahkan ketika saya nonton filmnya putus saya malah keluar. Selain itu, nilai saya di film fiksi kok jelek terus.
Akhirnya dia yang mengarahkan saya ke dokumenter. Dialah yang menjadi guru saya sebenarnya. Namanya D.A. Peransi, seorang seniman yang buat saya besar meskipun publik tidak terlalu mengenalnya. Dari situ saya mulai terus menekuni dokumenter sampai ketika saya kemudian kembali ke almamater.

Apakah memang ada masa Anda meninggalkan almamater kemudian kembali lagi?

Ya saya pernah merantau keluar negeri untuk sedikit belajar tentang Antoprologi Visual, misalnya. Saya belajar di Universitas Van Amsterdam, kemudian sempat bekerja di Radio Nederlands Wereld Omroep, di Hilversum-Belanda. Teman-teman memprovokasi saya untuk kembali, akhirnya saya kembali dan membangun pelajaran perkuliahan dokumenter di IKJ.

Apakah Anda kini juga membangun semacam komunitas?

Iya, awalnya itu alumni berkumpul dan mereka mengatakan kok kita tampaknya marjinal sekali di dalam dunia film. Kita tidak ada komunitasnya, tidak ada wadahnya. Hal itu yang kemudian memberikan inspirasi kepada kawan-kawan untuk membentuk komunitas. Apalagi saat itu, sekitar 1998, Tino dengan filmnya ”Student Movement” mampu menembus bioskop. Nah, kemudian mereka mulai gelisah dan akhirnya pada tahun 2000 kita mendirikan semacam wadah komunikatif, semacam komunitas kreator visual alternatif. Jadi memang alternatif bukan yang lazim begitu. Kemudian terus berkembang sampai sekarang dan perkembangannya cukup baik.

Apa saja programnya?

Programnya banyak dari mulai pendidikan film dokumenter sampai yang terakhir kami juga sedikit membantu kawan-kawan di televisi daerah, televisi lokal untuk memberikan semacam peningkatan SDM. Dengan mengusung tema tentang multikultural agar bisa lebih dikembangkan, disosialisasikan di Indonesia, maka mereka harus memproduksi semua seni tradisi yang tidak umum. Misalnya, Bali harus memproduksi sebuah seni tradisi, seni pertunjukan tradisional yang bukan untuk turis. Nah ternyata itu sangat berhasil dan sampai kini jaringan-jaringan dan komunitas dokumentar makin tumbuh banyak. Bagi saya ini tentu sesuatu yang membahagiakan.

Kalau melihat yang Anda paparkan berarti ini sangat prospektif apalagi kini era otonomi daerah, sehingga TV lokal menjamur. Jadi sebetulnya kalau kita mau bicara bisnis maka ini lahan buat pekerja-pekerja film dokumenter. Bagaimana Anda melihat hal tersebut?

Bisa jadi pada 2009 merupakan tahun pesta pora. Saya rasa memang mungkin ada rezeki yang bisa terbagi banyak untuk para pembuat dokumenter. Cuma saja, saya tidak tahu kelanjutannya karena juga melihat kawan-kawan di daerah yang memang harus survive, dan strategi mereka adalah mencari dana dari kampanye-kampanye, pemilihan kepala daerah (Pilkada), dan sebagainya. Setelah itu mereka akhirnya tidak membuat lagi. Ada beberapa TV seperti Bali TV sangat semangat terus dalam dokumenter. Kami terus mengadakan diskusi baik secara virtual maupun korespondensi, dan buat saya ini menjanjikan.
Intinya, kita belum melihat bahwa dokumenter bukan sekadar sebuah produk entertaiment, tapi sebuah produk untuk media pembelajaran yang maknanya lebih dalam dan lebih jauh. Misalnya, saudara-saudara kita di daerah yang tingkat pendidikannya sangat rendah, sehingga membaca pun tidak bisa. Namun langsung paham, ketika kami putarkan sebuah film instructional documenter. Hasilnya sangat berbeda. Ketika kegiatan penyuluhan telah dilakukan beberapa kali, mereka tetap tidak paham. Sebaliknya begitu menonton film, mereka langsung paham.**

BACA SELANJUTNYA...

24 Juni, 2009

INDOCS GELAR PELATIHAN DI KENDARI


In-Doc's Gelar Pelatihan Film Dokumenter

MAKASSAR, KOMPAS.com--In-Doc’s, salah satu organisasi Yayasan Masyarakat Mandiri Film Indonesia, akan menggelar pelatihan pembuatan film dokumenter, dirangkaikan deengan pemutaran 17 judul film dokumenter internasional dan Indonesia unggulan.

Ketua panitia pelatihan, Abdul Rahma, Rabu, mengatakan, Makassar merupakan kota keempat dari tujuh kota yang dikunjungi In-Doc’s dalam rangkaian kegiatan pelatihan dan pemutaran film bertajuk Screendocs! Travelling 2009, pada 24-26 Juni.



Menurutnya, peserta pelatihan berasal dari kalangan yang memiliki minat pada film dokumenter, dan akan dibimbing langsung sutradara film dokumenter dari California AS, Kathy Huang serta sutradara dan produser film dokumenter Indonesia, Chandra Tanzil.

"Kathy Huang akan mengajar pada kelas pengenalan film dokumenter, sementara Chandra Tanzil di kelas riset dan proposal film," katanya.

Ia menjelaskan, selain pelatihan dan pemutaran film, peserta juga akan disuguhi diskusi sosial agar pemahaman mereka pada isu-isu kemasyarakatan semakin tajam sebagai bahan dasar pembuata film dokumenter.

Tema diskusi yang akan digelar tersebut, yakni "Transgender" yang dibawakan Dosen Gender Sastra Perancis Fakultas Ilmu Bahasa, Universitas Hasanuddin, Fierenziana Gutruida dan "Human Rights" oleh ketua Pusat Studi Hukum dan HAM Universitas 45, Fadli Andi Natsif.

Lebih lanjut Rahman mengatakan, pemutaran 17 judul film diantaranya Donkey in Lahore, The Birthday, Football Undercover, Hamdi and Maria, Stranger in Motherland, Prahara Tsunami bertabur Bakau, Pulau Bangka Menangis serta Buah yang Menunggu Mati.

Selain di Makassar, Screendocs! Travelling 2009 juga digelar di Banjarmasin, Kendari, Palu, Jambi, Pontianak dan Samarinda.

BACA SELANJUTNYA...

DISNEY BUAT FILM DOKUMENTER


Liputan6.com, Cannes: Disneynature mulai memproduksi film dokumenter berlatar alam, Chimpanzee dan African Cats. Film baru, yang diumumkan oleh Wakil Presiden Eksekutif dan Manejer Umum, Jean-Francois Camilleri in berarti memperpanjang kerja samanya dengan Alastair Fothergill and Mark Linfield. Mereka berdua pernah menyutradarai film Disneynature sebelumnya berjudul Earth dengan pendapatan mencapai 29,1 juta dolar AS.



African Cats disutradarai oleh Keith Scholey dan Fothergill akan dikeluarkan awal tahun 2011. Film ini menyoroti dua keluarga kucing Afrika dan pengambilan gambar berlokasi di Mara Masai, Kenya.

Sedangkan Chimpanzee ditulis dan disutradarai oleh Fothergill dan Linfield akan bercerita tentang kehidupan simpanse di hutan hujan tropis di kawasan Pantai Gading dan Uganda. Film ini bekerja sama dengan Wild Chimpanzee Foundation dan Jane Goodall Institute.Iswar(Yahoo News/Reuters)

BACA SELANJUTNYA...

FILM DOKUMENTER ANAK NEGERI


Tiga Film Indonesia Diputar di Berlinale

Liputan6.com, Berlin: Sineas Indonesia kembali unjuk gigi. Tiga film karya anak negeri lolos ke Festival Film Berlin yakni Laskar Pelangi karya Riri Riza serta Generasi Biru karya Garin Nugroho dan John de Rantau. Satu lainnya adalah film dokumenter berjudul Pertaruhan yang menyoal sunat perempuan.



Ketiga film itu lolos seleksi Berlinale yang sangat ketat. Bayangkan, hanya 300 film yang lolos dari 6.000 film yang mendaftar. Festival film ini adalah satu dari tiga festival film paling bergengsi di dunia. Tahun ini, Berlinale dihadiri 19 ribu profesional film dari 120 negara.

Yang patut dicatat, Pertaruhan adalah film dokumenter Indonesia pertama yang diputar di Berlinale. Pertaruhan atau At Stake adalah empat film dokumenter pendek karya Ani Ema, Iwan Setiawan, Muhamad Ihsan, Lucki Kuswandi, dan Ucu Agustin. Film ini cukup mendapat perhatian penonton.(TOZ/Iwan Setiawan)

BACA SELANJUTNYA...

THE AGE OF STUPID


Film Dokumenter Dampak Pemanasan Global

Liputan6.com, London: Gejala pemanasan global yang makin terasa belakangan ini menyita perhatian seluruh warga dunia. Tidak terkecuali sutradara film Inggris, Franny Amstrong. Dia membuat sebuah film dokumenter The Age of Stupid yang bercerita tentang kekacauan yang terjadi di seluruh belahan dunia akibat pemanasan global.

Ratusan warga dan wartawan dari berbagai media berkumpul di sekitar tempat akan dirilis film dokumenter yang bertemakan global warming. Para bintang datang mengendarai mobil bertenaga surya, sang sutradra, serta beberapa artis pendukung lainnya datang mengenakan kendaraan ramah lingkungan yakni sepeda dan langsung meyapa para penggemar.



Luar angkasa penuh sampah satelit. Es di kutub mencair. Inilah awal dari kehidupan yang semakin kacau. Itulah gambaran kondisi planet bumi pada 2055 dalam film besutan Franny Amstrong itu.

The Age of Stupid berkisah tentang seorang pria paruh baya yang diperankan Pete Postlethwaite yang memutar semua kekacauan dan bencana di berbagai belahan bumi akibat pengaruh pemanasan global mulai 1950 hingga 2008.

Film ini dibuat untuk mengingatkan umat manusia agar selalu menjaga kelestarian bumi dan menghindari kehancuran yang semakin parah di masa depan. Rencananya film ini dirilis pada 20 Maret mendatang di Inggris.

BACA SELANJUTNYA...

FILM DOKUMENTER LINGKUNGAN


Proyek Bumi, dari Nurul untuk Pemanasan Global

Liputan6.com, Jakarta: Kepedulian terhadap dampak perubahan iklim terkait isu pemanasan global tentu bisa ditunjukkan siapa saja, tanpa mengenal batasan usia. Salah satunya adalah melalui pembuatan film dokumenter yang kesemua proses dan pemilihan idenya merupakan asli khas remaja.

Tutur bahasa gaul khas anak muda menjadi pengantar dalam video dokumenter berjudul Proyek Bumi ini. Film ini mengisahkan tentang peran remaja sebagai aktor utama dalam pencegahan terjadinya pemanasan global. Melalui film ini para remaja mencoba menyajikan beragam upaya sederhana yang bisa dilakukan untuk mengurangi kerusakan bumi akibat pemanasan global. Tentunya tanpa kesan berat dan menggurui.



Upaya yang diambil Nurul sang sutradara film, bersama kawan-kawannya yang tergabung dalam Gambar Idoep Production nyatanya membuahkan hasil. Dengan kesederhanaannya, film dokumenter ini memenangkan kejuaraan dalam kompetisi video dokumenter yang diselenggarakan Kementrian Lingkungan Hidup bersama LSM.

Ide proyek bumi merupakan hasil diskusi Nurul dan kelima temannya di sekolah. Meski dibuat dengan cara sederhana, tim Gambar Idoep Production cukup profesional dalam menggarap adegan demi adegan. Sehingga tak tanggung-tanggung, dalam kompetisi yang bertema Saatnya Kami Bersuara, Anak untuk Perubahan Iklim, film dokumenter Proyek Bumi berhasil mengalahkan 20 video lainnya.

Nurul layaknya sutradara sungguhan, berupaya mengarahkan teman-temannya berperan sesuai tuntutan naskah. Melihat pengalaman mereka kita tidak perlu heran karena video Proyek Bumi memang merupakan karya keempat mereka. Hanya dalam dua pekan, film berdurasi delapan menit tersebut rampung dengan menelan biaya sekitar Rp 1 juta rupiah.

Dalam kompetisi tersebut, selain terpilih tiga video dokumenter juga terpilih 84 poster bertema isu perubahan iklim. Rencanya Desember mendatang, Nurul dan kawan-kawannya akan berangkat ke Poznan, Polandia, untuk mewakili Indonesia dalam konferensi internasional perubahan iklim.

BACA SELANJUTNYA...

LOMBA FILM DOKUMENTER LINGKUNGAN


Ajakan Ikut South to South Film Festival 2010 Bertema ‘Kita Peduli/We Care’ [pendaftaran Juli 2009]

Isu lingkungan bukan merupakan hal yang baru bagi masyarakat perkotaan. Kata Climate Change atau Perubahan Iklim diserukan di setiap penjuru, dilengkapi dengan ajakan untuk merubah gaya hidup untuk merespon fenomena tersebut. Begitupun bencana alam yang acapkali melanda. Kondisi alam Dan lingkungan sering dituding sebagai penyebab dibalik semuanya.



South to South Film Festival (StoS) adalah sebuah Film Festival pertama yang mengkhususkan diri untuk menayangkan film-film mengenai lingkungan hidup serta berbagai kegiatan pendukung lainnya. Festival ini diadakan di Jakarta, lalu dilanjutkan dengan rangkaian StoS keliling di beberapa SMU di Jabodetabek. Berbagai film yang pernah dibuat oleh para sineas atau aktivis yang peduli lingkungan dari berbagai belahan dunia dikumpulkan untuk kemudian ditayangkan kepada masyarakat umum agar bisa memberikan gambaran yang lebih komprehensif serta menyuarakan cerita menarik dari berbagai komunitas. Dengan pengemasan informasi dalam bentuk yang menarik Dan populis, StoS bisa menjadi sebuah ruang penting untuk menggugah kesadaran publik dalam mendukung upaya-upaya mengatasi berbagai tantangan lingkungan.

StoS 2010 adalah StoS ketiga yang pernah diadakan Dan didukung oleh lembaga-lembaga seperti Walhi, Jatam, FWI, Gekko Studio, Ecosisters, Kiara, Goethe Institute, Solidaritas Perempuan, SBIB, CSF Dan Sawit Watch. StoS sebelumnya diadakan pada awal tahun 2007 dengan tema “We Are Connected” untuk melihat keterkaitan fenomena alam antara negara-negara selatan dengan negara-negara industrialis di utara. Kali ini South To South ketiga akan mengusung tema “We Care/Kita Peduli” Dan kembali mengajak masyarakat untuk terlibat Dan berperan lebih aktif terhadap lingkungan sekitarnya. Kampanye publik yang dibangun melalui media visual ini akan menayangkan berbagai potret perjuangan Dan cerita-cerita sukses dari para penggerak lingkungan hidup, isu-isu lingkungan hidup urban seperti gaya hidup ramah lingkungan, ancaman yang mungkin ditimbulkan, serta keterkaitannya dengan berbagai pemangku kepentingan seperti perempuan, anak-anak, masyarakat adat, Dan sebagainya.

Kami mengundang kawan-kawan untuk ikut berpartisipasi dengan menyiapkan film yang akan ikut diseleksi dan ditayangkan dalam acara StoS 2010 nanti. Film yang akan disertakan bisa berupa dokumenter maupun animasi atau fiksi. Kami akan mulai membuka pendaftaran film pada bulan Juli
2009 nanti. Kami akan sangat senang jika rekan-rekan sekalian bisa membantu menyebarkan informasi ini kepada jaringan anda.

Terimakasih atas perhatian Dan kerjasamanya.

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kirim email ke mnurmawati@gmail.com atau dwi.rahardiani@gmail.com.

Salam,

Melly Nurmawati
Kategori: Film, Seni, Budaya, Others
Source: http://www.langitperempuan.com/2009/06/ajakan-ikut-south-to-south-film-festival-2010-bertema-kita-peduliwe-care/
BACA SELANJUTNYA...

PEMUTARAN FILM DOKUMENTER

Pemutaran film dokumenter Amerika Serikat, 1 Juni 2009

Fakultas Film dan Televisi IKJ dengan Kedutaan Amerika Serikat
mengadakan pemutaran film dokumenter Amerika
Serikat dengan judul:



1. "Garden" (Nominasi Academy Award untuk kategori film dokumenter terbaik) Sutradara/Produser/Cinematografer/Editor: Scott Hamilton Kennedy: 80 min.
Akan dihariri oleh sutradara.

2. "Red Gold"
Directors: Travis Rummel, Ben Knight ; 54 min
Akan dihadiri oleh sutradara.

Tanggal: 1 Juni 2009
Pkl. 10.00-13.00
Ruang Syumanjaya FFTV IKJ
jl.cikini raya No. 73 Jakarta

Pemutaran ini gratis dan terbuka untuk umum.

BACA SELANJUTNYA...

SCREENDOCS


Pemutaran & Diskusi Film Dokumenter

screenDocs! Regular adalah pemutaran film dokumenter dan diskusi 2 bulanan yang diadakan oleh In-Docs. Tahun 2009 ini, In-Docs telah bekerja sama dengan Goethe Institute untuk menyelenggarakan program tersebut.
Melalui screenDocs!, In-Docs dan Goethe-Institut berupaya mengembangkan wawasan masyarakat dalam mengapresiasi film dokumenter, serta menjadikan film sebagai alat untuk membahas isu-isu yang sedang dihadapi masyarakat.

Jadwal sebagai berikut:



7 April, 2009
Tema: Demokrasi

12 Mei, 2009
Tema: Musik

July 7, 2009
Tema: Hak Asasi manusia

1 September, 2009
Tema: Anak-anak

3 November, 2009
Tema: Lingkungan

BACA SELANJUTNYA...

PRODUKSI FILM DOKUMENTER


Dapatkan Beasiswa Produksi Film Dokumenter

Berdasarkan riset awal kami serta para juri kompetisi FFD tiap tahunnya, terlihat walaupun pembuat film Indonesia sudah menjadikan isu-isu dari kelompok minoritas sebagai isu utama, seperti kemiskinan, kelestarian budaya atau pelanggaran HAM, akan tetapi pendekatannya justru cenderung eksploitatif, intimidatif dan mendramatisir subjek atau isu dari film itu sendiri. Terlihat dari cara pembuat film melihat permasalahan, memilih angle cerita dan subyek, sampai dengan bahasa kamera (sinematografis).



Pendekatan ini bertolak belakang dengan prinsip-prinsip keberagaman yang dibutuhkan dalam film dokumenter. Hal ini menjadikan film dokumenter tersebut kehilangan efektifitas dalam menyampaikan pesannya, sehingga tidak bisa menjadi media pendidikan untuk masyarakat. Untuk itu, Kampung Halaman dan Komunitas Dokumenter mengundang para pemula film dokumenter Indonesia berusia 15–25 tahun untuk mengikuti Kompetisi Beasiswa Produksi Film Dokumenter Berperspektif Keberagaman. Perspektif yang mendahulukan prinsip-prinsip kesetaraan dan saling menghargai dalam perbedaan.

Program Beasiswa ini di harapkan dapat menjadi media untuk kita saling belajar tentang pentingnya memaknai kembali film dokumenter Indonesia selama ini dan mendahulukan sikap menghargai dalam perbedaan (keberagaman). Sehingga film dokumenter Indonesia mampu menjadi media pendidikan yang baik bagi masyarakat.

Bagaimana Caranya?

(1) Mengisi Proposal ide.,Lembar ini dapat didownload di www.festivalfilmdokumenter.org atau diambil di Yayasan Kampung Halaman, Jl. Bausasran DN III No.594 Yogyakarta 55211. Telp 0274 7478602

(2) Bawa proposal idemu ke Workshop “Perspektif Keberagaman Melalui Film Dokumenter” untuk didiskusikan dengan ahlinya | 9 Desember 2008 | 09.00-17.00 WI, Ruang Seminar Taman Budaya Yogyakarta.

(3) Proposal Ide yang telah disempurnakan dikumpulkan paling lambat 11 Desember 2008 | 17.00 WIB |Gedung F Benteng Vredeburg.

(4) Pengumuman 5 proposal ide terbaik | 12 Desember 2008 | 13.00 WIB. Gedung F Benteng Vredeburg di pembukaan workshop “HaK(i) Film Dokumentermu!”

(5) Presentasi 5 proposal ide | 12 Desember 2008 | 17.00 WIB, Gedung G, Benteng Vredeburg, Terbuka untuk umum.

(6) Pengumuman pemenang | Penutupan FFD | 19.00 WIB | Benteng Vredeburg

Hasil yang diharapkan

· Film dokumenter pendek berperspektif keberagaman

· Dibuat oleh 1 tim maksimum beranggotakan 3 orang

· Durasi 15-24 menit

· Diproduksi selama 37 hari dengan bantuan supervisi Kampung Halaman dan Komunitas Dokumenter

· Menggunakan sistem hak cipta yang sudah ditetapkan.

Nilai Beasiswa

Kampung Halaman dan Komunitas Dokumenter dengan dukungan TIFA Foundation mengalokasikan Rp 25.000.000,- dalam bentuk Beasiswa Produksi dengan sistem alokasi yang sudah ditetapkan.

Hak Cipta Karya

Hak Cipta milik pembuat film dengan sistem Creative Commons (www.creativecommons.org

BACA SELANJUTNYA...

LOMBA FILM DOKUMENTER

BPSNT Padang Adakan Lomba Pembuatan Film Dokumenter

Ranah-Minang.Com - Untuk menjaring apresiasi sineas muda Sumatra Barat, Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Padang Departemen Kebudayaan dan Pariwisata melalui Pokja Seni dan Film bekerjasama dengan Dewan Kesenian Sumatra Barat, tahun 2009 ini mengadakan kegiatan Lomba Pembuatan Film Dokumenter dan Lomba Penulisan Naskah Randai. Lomba pembuatan film dokumenter ini terbuka untuk umum dengan tim produksi terdiri dari 3 orang berusia maksimal 35 tahun pada 30 Mei 2009.



Menurut Rois Leonard Arios, ketua Pokja Seni dan Film BPSNT Padang yang juga menjadi ketua panitia, kriteria untuk film dokumenter yang dilombakan harus karya tahun 2008/2009, original, belum pernah memenangi lomba sejenis, baik tingkat provinsi, nasional maupun internasional, dan belum pernah ditayangkan di media manapun. Tema film menyangkut sejarah dan budaya di Provinsi Sumatra Barat, bisa mengenai peristiwa, tokoh, dan bangunan sejarah. Sedangkan tema budaya bisa berupa upacara tradisional, kehidupan masyarakat di suatu daerah/nagari, tokoh budaya, dan yang lainnya, dengan durasi film 20 s.d 24 menit.

Peserta boleh mengirimkan lebih dari satu film dengan mengikuti kriteria yang ditetapkan. Karya peserta dalam format AVI miniDV dan DVD sudah diterima panitia paling lambat tanggal 30 Mei 2009 (cap pos) atau diantar langsung ke alamat panitia Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang (BPSNT) Padang, jalan Raya Belimbing No. 16A Kuranji Padang atau melalui Dewan Kesenian Sumatera Barat (DKSB), Kompleks Taman Budaya Sumatera Barat, Jalan Diponegoro No. 31 Padang. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Rois Leonard Arios (Hp. 081363822769), Femmy (Hp. 081363212028), dan Alda Wimar (Hp. 081363435150).

Tim penilai terdiri dari praktisi film, jurnalis televisi, serta pengajar di beberapa perguruan tinggi di Sumatra Barat. Dewan Juri akan menetapkan 10 film terbaik yang akan ditayangkan di Pekan Budaya Sumatra Barat tahun 2009. Dari 10 Film Dokumenter Terbaik akan ditetapkan 3 pemenang utama dan mendapatkan Piagam Penghargaan dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, serta hadiah uang total 15 juta rupiah. Film terbaik juga akan ditayangkan di salah satu stasiun televisi lokal Sumatra Barat.

Untuk kegiatan lomba ini ada yang istimewa yaitu penyelenggaraan Workshop Pembuatan Film pada bulan Juli 2009 yang diikuti oleh seluruh peserta pada saat pengumuman pemenang. Pada saat ini diharapkan seluruh peserta terutama film yang masuk nominasi hadir. Untuk workshop tidak dipungut biaya apapun dan peserta bebas untuk mengikutinya.

Lebih lanjut, Rois mengatakan, selain Lomba Film Dokumenter, BPSNT Padang dan DKSB juga menyelenggarakan kegiatan Lomba Penulisan Naskah Randai terbuka untuk umum tanpa dibatasi usia. Peserta boleh mengirimkan lebih dari satu naskah randai. Setiap calon peserta lomba penulisan naskah randai terlebih dahulu akan dibekali dengan workshop penulisan naskah randai yang akan dilaksanakan pada hari Jumat, 8 Mei 2009. Peserta workshop tidak dipungut biaya apapun. Untuk itu setiap calon peserta diharapkan menghubungi panitia lomba melalui Drs. Yondri (Hp. 08126711291) dan M. Ibrahim Ilyas (Hp. 0818462592). Untuk tiga orang pemenang, panitia menyediakan hadiah berupa piagam dan uang pembinaan sebesar 8 juta rupiah.

BACA SELANJUTNYA...

21 Juni, 2009

PURBALINGGA FILM FESTIVAL


“Sandal Jepit” Film Terbaik PFF 2009

PURBALINGGA – Dewan juri dan penonton Purbalingga Film Festival (PFF) 2009 kompak memilih film “Sandal Jepit” karya sutradara Bani Dwi K dari Masih Timur Film SMA Negeri 1 Purbalingga sebagai Film Terbaik I dan Film Favorit Penonton. Sementara, film “Bumi Masih Berputar” karya sutradara Shella Ardila dari Brownie Film SMA Negeri 2 Purwokerto meraih penghargaan Film Terbaik II.

Pengumuman pemenang yang dilangsungkan di malam penghargaan PFF, Sabtu, 23 Mei 2009, di Aula Hotel Kencana itu, diwarnai dengan pekik para peserta kompetisi dan sorak penonton, yang sebagian menjadi suporter 10 film peserta kompetisi.



Berbeda dari berbagai ajang festival lainnya, puncak ajang yang dilangsungkan sejak Kamis, 21 Mei itu dimeriahkan oleh penyanyi dangdut. “Seluruhnya ada 45 film dari Banyumas Besar, nasional dan internasional yang diputar selama tiga hari,” ungkap Direktur PFF Bowo Leksono.

Penonton PFF mengumpulkan jajak pendapat dan menempatkan “Sandal Jepit” sebagai Film Favorit peraih enghargaan penyelenggara, Cinema Lovers Community (CLC) Award.

Secara terpisah, Dewan Juri yang terdiri dari Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsoed Indaru Setyo Nurprojo, budayawan Purbalingga Teguh Trianton, dan Direktur Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB) Sihar Sinomae, juga menempatkan film tersebut sebagai film terbaik.

“Kualitasnya melompat dari 9 kompetitornya. Ide ceritanya kuat dan orisinil, cara bertuturnya runtut. Saat menonton, saya dibuat tenggelam di dalamnya,” ujar Teguh Trianton.

Dokumentasi Sosial
Indaru mengatakan, seperti yang lain, film yang umumnya karya pemula masih memiliki kekurangan. Namun karya film nyata benar bisa jadi dokumentasi sosial sehingga masing-masing daerah di Banyumas Raya punya karakter sendiri-sendiri.

“Film ini kami pilih karena teknik penceritaan yang unik, disamping keberanian dan kejelian rekan pelajar mengangkat tema homoseksualitas yang memang relevan di Kota Purwokerto,” jelasnya.

Di sisi lain, Dewan Juri memutuskan untuk menambah kategori pemenang di luar yang ditentukan PFF 2009.

Sihar Sinomae menerangkan, hal semacam itu sah terjadi di berbagai festival jika memang juri menemukan hal istimewa.

Film “Nyarutang” karya sutradara Ase Trianto dari SMA Negeri 1 Bobotsari, Purbalingga meraih Penghargaan Khusus Dewa Juri. “Film yang mengangkat kisah preman berhati jujur dari Bobotsari ini memiliki nilai kemanusiaan dan kritik sosial yang lumayan,” jelasnya. (Sigit Harsanto-Suara Merdeka-25 Mei 2009)

BACA SELANJUTNYA...

19 Juni, 2009

FILM DOKUMENTER WAKATOBI

Garin Nugroho Garap Film tentang Wakatobi

Jumat, 15 Mei 2009
Kru Set Film pimpinan Garin Nugroho sedang menggarap film dokumenter wisata laut mengisahkan kehidupan anak-anak bajo (warga pesisir) dengan penyu di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Bintang film Agustinus Gusti Nugroho yang akrab disapa Nugie, di Kendari, Rabu lalu, mengaku kagum dengan keindahan terumbu karang Wakatobi. "Warga Wakatobi patut bersyukur kepada Tuhan yang menganugerahkan terumbu karang beserta aneka biota laut di dalamnya sehingga 'surga' nyata di bawah laut menjadi milik mereka," kata Nugie seperti dikutip Antara.



Nugie yang didampingi manajernya, Nedi, dalam petualangan menikmati wisata laut Wakatobi berencana pembuatan video klip.

Kru Set Film yang menjajal deretan pulau-pulau di Kabupaten Wakatobi mengawali kegiatan syuting film di Pulau Anano (pulau terluar Sultra).

Di Pulau Anano, Nugie bersama gitaris Leo terilhami menciptakan dua tembang lagu, yakni "Wakatobi" dan "Andai Kau di Sini". "Luar biasa penyu di Pulau Anano. Biota yang dilindungi itu sangat menghibur," kata Nugie, pencipta lagu berjudul "Pelukis Malam".

Usai melalukan kegiatan penyelaman di Pulau Anano, kru Set Film melanjutkan kegiatan syuting film yang mengetengahkan pelestarian lingkungan ke Pulau Runduma.

Runduma tidak kalah mengagumkan karena pulau berpenghuni 100 kepala keluarga (KK) itu diselimuti pasir putih. Di saat bulan purnama, induk penyu mendatangi bibir pantai berpasir putih untuk bertelur.

Nugie berharap, kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di laut dapat ditingkatkan sehingga karang Wakatobi yang berada dalam kapling konservasi laut tetap terjaga. "Rasanya perjalanan ibarat bintang Hollywood. Karang Kapota yang elok menghipnotis kami untuk kembali lagi ke Wakatobi. Begitu terpikatnya sehingga ada lokasi penyelaman yang diberi nama Nugirif. Luar biasa, Wakatobi," tutur Nugie. (Ami Herman)

BACA SELANJUTNYA...

ROAD SHOW EAGLE AWARDS 2009

Road Show Eagle Awards 2009 akan dilaksanakan pada tgl 6 maret 2009 di Bandung

Eagle Awards yang merupakan program kompetisi documenter bagi para pemula akan kembali dimulai. Rangkaian kegiatan Eagle Awards untuk tahun ini akan segera dimulai dengan Road Show di 4 kota yaitu Medan, Padang, Semarang dan Pontianak.

Berbebeda dengan Road Show tahun sebelumnya, Road Show Eagle Awards tahun ini akan diadakan selama 2 hari. Hari Pertama akan diadakan Eagle Awards Couching Clinic yaitu workshop bagaimana membuat proposal documenter khususnya proposal eagle awards. Sedangkan pada hari kedua adalah pemutaran film terbaik eagle awards 2005-2008 yang terdiri dari tiga sesi yang disertai dengan Meet The Eagles (berbagi cerita dengan finalis Eagle Awards)

Untuk mengikuti Eagle Awards Couching Clinic para calon peserta harus mengisi form proposal yang telah disediakan oleh panitia. Untuk mendapatkan form proposal ini dapat menghubungi panitia local.

Jadwal Road Show Eagle Awards adalah :



1. Medan
Hari Pertama
• Hari/Tanggal : Jumat 13 Maret 2009
• Jam : 10.00 – 16.30
• Venue : Gedung Peradilan Semu Fak. Hukum, Jl. Universitas pintu 1, Universutas Sumatera Utara.
• Acara : Eagle Awards Couching Clinic
• Pemateri : Tino Saroengallo (Produser)

Hari Kedua
• Hari/Tanggal : Sabtu 14 Maret 2009
• Jam : 10.30 – 17.00 (terdiri dari 3 sesi)

Sesi 1 (Screening) : 10.30–11.30
• Gubuk Reot Diatas Minyak Internasional
• Tanah Terakhir
• Suster Apung

Sesi 2 (Screening & Meet The Eagles): 12.30-15.00
• Buah Yang Menunggu Mati
• Pulau Bangka Menangis
• Prahara Tsunami Bertabur Bakau

Sesi 3 (Screening) : 16.00-17.00
• Joki Kecil
• Menjual Mimpi Disambak
• Kepala Sekolahku Pemulung
• Venue : Gedung Peradilan Semu Fak. Hukum, Jl. Universitas pintu 1, Universutas Sumatera Utara.
• Acara : Screening Eagle Awards dan Meet The Eagles-Berbagi Cerita
• Pemateri : Rudi Harlan (Sutradara Pula Bangka Menangis), Tino Saroengallo (Produser)

Cp : Windy / 085664054592 dari UKM Fotografi USU

2. Padang
Hari Pertama
• Hari/Tanggal : Selasa, 17 Maret 2009
• Jam : 10.00 – 16.30
• Venue : Teater Tertutup Fakultas Bahasa Sastra dan Seni (FBSS) Universitas Negeri Padang, Jl. Belibis Air Tawar Padang, Sumatera Barat
• Acara : Eagle Awards Couching Clinic
• Pemateri : To Be Confirmed

Hari Kedua
• Hari/Tanggal : Rabu 18 Maret 2009
• Jam : 10.30 – 17.00 (terdiri dari 3 sesi)

Sesi 1 (Screening) : 10.30–11.30
• Helper Hongkong Ngampus
• Tanah Terakhir
• Suster Apung

Sesi 2 (Screening & Meet The Eagles): 12.30-15.00
• Buah Yang Menunggu Mati
• Pulau Bangka Menangis
• Kepala Sekolahku Pemulung

Sesi 3 (Screening) : 16.00-17.00
• Diatas Rel Mati
• Menjual Mimpi Disambak
• Prahara Tsunami Bertabur Bakau

• Venue : Teater Tertutup Fakultas Bahasa Sastra dan Seni (FBSS) Universitas Negeri Padang, Jl. Belibis Air Tawar Padang, Sumatera Barat
• Acara : Screening Eagle Awards dan Meet The Eagles-Berbagi Cerita
• Pemateri : Jastis Arimba (Sutradara Kepala Sekolahku Pemulung) dan M. Abduh Aziz (Produser)

Cp : Masngo : 081374314609 dari Komunitas Hitam Putih

3. Semarang
Hari Pertama
• Hari/Tanggal : Selasa, 31 Maret 2009
• Jam : 10.00 – 16.30
• Venue : Gedung Serbaguna (D 101) Magister Manajemen Universitas Diponegoro, Jalan Hayam Wuruk No.5, Semarang
• Acara : Eagle Awards Couching Clinic
• Pemateri : Tonny Trimarsanto (Produser/Sutradara)

Hari Kedua
• Hari/Tanggal : Rabu, 1 April 2009
• Jam : 10.30 – 17.00 (terdiri dari 3 sesi)

Sesi 1 (Screening) : 10.30–11.30
• Gubuk Reot Diatas Minyak Internasional
• Tanah Terakhir
• Suster Apung

Sesi 2 (Screening & Meet The Eagles): 12.30-15.00
• Pulau Bangka Menangis
• Buah Yang Menunggu Mati
• Prahara Tsunami Bertabur Bakau

Sesi 3 (Screening) : 16.00-17.00
• Pulau Bangka Menangis
• Menjual Mimpi Disambak
• Kepala Sekolahku Pemulung

• Venue : Gedung Serbaguna (D 101) Magister Manajemen Universitas Diponegoro, Jalan Hayam Wuruk No.5, Semarang
• Acara : Screening Eagle Awards dan Meet The Eagles-Berbagi Cerita
• Pemateri : Tonny Trimarsanto (Produser/Sutradara), Anom Bayu dan Badrudin kurniawan (Sutradara Buah Yang Menunggu Mati)

Cp : Nina 085641785741 dari Importal

4. Pontianak
Hari Pertama
• Hari/Tanggal : Sabtu, 4 April 2009
• Jam : 10.00 – 16.30
• Venue : To Be Arrange
• Acara : Eagle Awards Couching Clinic
• Pemateri : Lianto Luseno (Produser/Sutradara)

Day Two
• Hari/Tanggal : Minggu, 5 April 2009
• Jam : 10.30 – 17.00 (terdiri dari 3 sesi)

Sesi 1 (Screening) : 10.30–11.30
• Sang Penggali Fosil
• Tanah Terakhir
• Suster Apung

Sesi 2 (Screening & Meet The Eagles): 12.30-15.00
• Buah Yang Menunggu Mati
• Amtenar; Sahaja Jasa Yang Terabaikan
• Prahara Tsunami Bertabur Bakau

Sesi 3 (Screening) : 16.00-17.00
• Pulau Bangka Menangis
• Menjual Mimpi Disambak
• Kepala Sekolahku Pemulung

• Venue : To Be Arrange
• Acara : Screening Eagle Awards dan Meet The Eagles-Berbagi Cerita
• Pemateri : Lianto Luseno (Produser/Sutradara) dan Denny Sofian (Sutradara Amtenar; Sahaja Jasa Yang Terabaikan)

CP: Elsa : 08122741464 dari Canopy Indonesia


Seluruh rangkaian kegiatan ini bersifat gratis.
BACA SELANJUTNYA...

22 PROPOSAL EAGLE AWARD TERBAIK

PENGUMUMAN 22 PROPOSAL TERBAIK

Pengumuman 22 proposal terbaik ini seharusya pada tanggal 11 juni 2009 lalu, namun ketatnya persaingan nilai membuat panitia dan dewan juri harus menelaah kembali beberapa proposal yang mempunyai nilai sama. Panitia Eagle Awards menyampaikan permohonan maaf..
berikut ke 22 proposal yang lolos:



1.Agrha Adi Prayogo dan Lilis Sucahyo – Bogor, Jawa Barat
“Sang Pengumpul Asap”

2.Arif Kurniar Rakhman dan Sri Ningsih – Yogyakarta
“Seniman Roti”

3.Denny Surahman dan Aziz Hidayat – Depok, Jawa Barat
“Sekolahku di Terminal”

4.Devi Al Irsyadiah dan Eko Rejoso Prabowo – Yogyakarta
“Bukan Negeri Sampah, Bukan Bangsa Pengemis”

5.Doddy Krisnamurti dan Adhelia Christi Gunawan – Surakarta, Jawa Tengah
“Di balik Abu – abu”

6.Made Dwi Priyatna Indrawan, S.Sn dan Franky – Denpasar, Bali
“Wine Salak Bali Untuk Indonesiaku”

7.Ginanjar Teguh Iman dan Herlina Ratnafuri, Magelang, Jawa Tengah
“Dunia Kecil Dalam Kotak”

8.Lidia KristiI Afrilita dan Nando Akmal – Padang, Sumatra Barat
“Padang In Carnaval”

9.Lindawati, ST dan Laillina Mardhiyati – Semarang, Jawa Tengah
“Tarian Ombak di Tangan Sang Kreator”

10.Kharisma Listyantama Junandharu dan Ganjar Ahadiyat – Surabaya, Jawa Timur
“Di Balik Denting Gitar”

11.Tri Subekso dan Dwi Apriyanti – Semarang, Jawa Tengah
“Pawang Tulang”

12.Sazkia Noor Anggraini dan Liu Yulianti – Yogyakarta
“’Kenali Lagi’ Dangdut dari MC-nya”

13.Suhaili dan Vera Efriani – Bandung, Jawa Barat
“000.000 = 000.000.000”

14.Luhki Herwanayogi dan Ardi Wilda Irawan, Yogyakarta
“Dalang Bengal dari Tegal”

15.Jumanto dan Sn. Anggita – Jakarta
“’Kuda Besi’ dari Gunung Cikurai”

16.Kuncoro Indra Kurniawan dan Kukuh Yudha Karnanta – Surabaya, Jawa Timur
“Luru Ilmu”

17.Ika Sagita dan Dina Heriyati – Malang, Jawa Timur
“Jejak Sang Maestro Berbuah Uang”

18.Jatmiko Wicaksono dan Dian Safitri – Boyolali, Jawa Tengah
“Celengan Sampah”

19.Taufan Agustiyan Prakoso dan Mohammad Abdul Malik – Malang, Jawa Timur
“Merajut Impian Dibalik Catwalk Jalanan”

20.Farid Syafrodhi dan Indar Wahyu Hidayat – Semarang, Jawa Tengah
”Kupu-kupu yang mengantongi Dollar”

21.Bambang Rakhmanto dan Ryo Hadindra Permana – Depok, Jawa Barat
“Gorila Dari Gang Buntu”

22.Ali Machmudin dan Riza Noerinda Lubis – Sidoarjp, Jawa Timur
“Kampoeng Inggris di Sudut Pare”
BACA SELANJUTNYA...

FORMULIR EAGLE AWARD

Eagle Awards Documentary Competition 2009 “Indonesia Kreatif”

FORM PROPOSAL

Baca TERM OF REFERENCE (TOR) dan PEDOMAN PENDAFTARAN PESERTA seluruhnya dengan teliti, sebelum anda mengisi FORM PROPOSAL.


Pedoman pengisian FORM PROPOSAL peserta Eagle Awards Documentary Competition 2009 “Indonesia Kreatif”



1. Jawablah pertanyaan dalam FORM PROPOSAL ini dengan kalimat singkat, jelas, dan dalam bahasa indonesia yang baik!
2. Ketiklah jawaban dari pertanyaan FORM PROPOSAL ini dengan font times new roman dengan ukuran 12
3. Print Out FORM PROPOSAL ini lalu masukan kedalam amplop coklat ukuran A4 lalu kirimkan ke : EADC 2009 – MetroTV (Lobby 2) Jl.Pilar Mas Raya Kav A-D, Kedoya Kebun Jeruk, Jakarta Barat 11520.
4. Kirim soft copy proposal yang sudah diisi lengkap ke : eadc.metrotv@gmail.com.
5. FORM PROPOSAL diterima paling lambat 25 Mei 2009 pukul 18.00

Judul proposal film dokumenter:

DATA PRIBADI PELAMAR
ANGGOTA 1
1. Nama lengkap
2. Nama panggilan
3. Jenis Kelamin
4. Tempat/tanggal lahir
5. Pekerjaan Jabatan : Institusi :
6. Pendidikan
Universitas/Akademi :
Jurusan :
Masuk/lulus tahun :
7. E-mail
8. No. telepon Rumah :
HP :
9. Alamat surat-menyurat
Jl.
Kota: Kodepos :
Propinsi:

10. Susunan Keluarga (Ayah, Ibu, saudara sekandung termasuk anda)
nama L/p Usia Pendidikan Pekerjaan
Ayah
Ibu
Anak 1
Anak 2
Anak 3
Anak 4
Anak 5
Anak 6
Anak 7
Anak 8
Anak 9
Anak 10
11. Sebutkan aktivitas anda yang utama
a. 4 bulan sebelum ini:

b. 4 bulan mendatang:
12. a. Pernahkan anda terlibat dalam produksi film (fiksi maupun dokumenter)?

b. Sebutkan judul film, tahun produksi, posisi anda dalam produksi tersebut, nama sutradara!

c. Kapan dan di mana pertama kali film tersebut dipertontonkan kepada publik?


13. Pernahkah anda mengikuti pelatihan produksi film (dokumenter/fiksi)?
Jika pernah, sebutkan nama pelatihan, waktu, lama pelatihan, dan penyelenggara.




ANGGOTA 2
1. Nama lengkap
2. Nama panggilan
3. Jenis Kelamin
4. Tempat/tanggal lahir
5. Pekerjaan Jabatan : Institusi :
6. Pendidikan
Universitas/Akademi :
Jurusan :
Masuk/lulus tahun :
7. E-mail
8. No. telepon Rumah :
HP :
9. Alamat surat-menyurat
Jl.
Kota: Kodepos :
Propinsi:

10. Susunan Keluarga (Ayah, Ibu, saudara sekandung termasuk anda)
nama L/p Usia Pendidikan Pekerjaan
Ayah
Ibu
Anak 1
Anak 2
Anak 3
Anak 4
Anak 5
Anak 6
Anak 7
Anak 8
Anak 9
Anak 10

11. Sebutkan aktivitas anda yang utama
c. 4 bulan sebelum ini:

d. 4 bulan mendatang:
12. a. Pernahkan anda terlibat dalam produksi film (fiksi maupun dokumenter)?

b. Sebutkan judul film, tahun produksi, posisi anda dalam produksi tersebut, nama sutradara!

c. Kapan dan di mana pertama kali film tersebut dipertontonkan kepada publik?


13. Pernahkah anda mengikuti pelatihan produksi film (dokumenter/fiksi)?
Jika pernah, sebutkan nama pelatihan, waktu, lama pelatihan, dan penyelenggara.




PERSONAL INTEREST
Tujuan pertanyaan dalam bagian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana anda memahami diri anda sendiri dan rekan satu tim anda. Jika tim anda terpilih menjadi finalis Eagle Awards maka anda akan melalui periode workshop hingga malam anugerah yang panjang dan melelahkan sehingga dibutuhkan sebuah tim yang solid dalam kerja sama dan tidak bermasalah dalam hal-hal yang bersifat pribadi. Untuk itu jawablah pertanyaan dibawah ini ini dengan jujur.

ANGGOTA 1 [kenalilah diri dengan baik dan kenalilah pasangan tim anda dengan baik]

1. Apa Motivasi anda mengikuti program Eagle Awards Documentary Competition 2009


2. a. Deskripsikan dengan jelas, singkat dan padat mengenai kepribadian anda

b. Sebutkan beberapa kata kunci yang menggambarkan kelebihan anda

c. Sebutkan beberapa kata kunci yang menggambarkan kekurangan anda

3. Tuliskan segala prestasi yang pernah anda capai :
a. di pendidikan formal (sekolah) :


b. di pendidikan non-formal (kursus/ex-school) :


c. di organisasi :


d. di rumah dan lain-lainnya.

4. Tuliskan kebisaan-kebisaan positif yang anda lakukan dengan senang hati dan mudah.



5. a. Dimana anda mengenal rekan (anggota 2) satu tim anda?

b. Sudah berapa lama anda mengenal rekan (anggota 2) satu tim anda?

c. Apa dan Bagaimana hubungan anda dengan rekan (anggota 2) satu tim anda?

d. Apa alasan anda memutuskan untuk menjadi satu tim dengan ……………(tulis nama rekan anda)

6. Deskripsikan dengan jelas dan singkat tentang kepribadian rekan anda (anggota 2)






ANGGOTA 2 [kenalilah diri dengan baik dan kenalilah pasangan tim anda dengan baik]

1. Apa Motivasi anda mengikuti program Eagle Awards Documentary Competition 2009


2. a. Deskripsikan dengan jelas, singkat dan padat mengenai kepribadian anda

d. Sebutkan beberapa kata kunci yang menggambarkan kelebihan anda

e. Sebutkan beberapa kata kunci yang menggambarkan kekurangan anda

3. Tuliskan segala prestasi yang pernah anda capai :
a. di pendidikan formal (sekolah) :


b. di pendidikan non-formal (kursus/ex-school) :


c. di organisasi :


d. di rumah dan lain-lainnya.

4. Tuliskan kebisaan-kebisaan positif yang anda lakukan dengan senang hati dan mudah.


5. a. Dimana anda mengenal rekan (anggota 2) satu tim anda?

b. Sudah berapa lama anda mengenal rekan (anggota 2) satu tim anda?

c. Apa dan Bagaimana hubungan anda dengan rekan (anggota 2) satu tim anda?

d. Apa alasan anda memutuskan untuk menjadi satu tim dengan ……………(tulis nama rekan anda)

6. Deskripsikan dengan jelas dan singkat tentang kepribadian rekan anda (anggota 2)




PENGETAHUAN FILM & EAGLE AWARDS
ANGGOTA 1
1. Jelaskan dengan singkat dan padat tentang apa yang anda tahu mengenai Eagle Awards Documentary Competition 2009.


2. a . Sebutkan judul film dokumenter yang anda anggap paling menarik dan jelaskan alasannya!

b. Sebut kan judul film dokumenter produksi Eagle Award Documentary Competition 2005-2008 yang anda anggap paling menarik dan jelaskan alasannya!

c. Sebut kan judul film dokumenter produksi Eagle Award Documentary Competition 2005-2008 yang anda anggap paling tidak menarik dan jelaskan alasannya!

3. a. Apakah perbedaan antara film fiksi dengan film dokumenter menurut pendapat anda sendiri?


b. Apakah perbedaan antara film dokumenter dengan news feature menurut pendapat anda sendiri?



4. Dari mana anda mendapatkan informasi tentang promosi/pendaftaran EADC? Beri tanda X pada jawaban yang tepat, dan isi jawaban bila diminta:
a. ( ) MetroTV
b. ( ) Radio ______________________ (sebutkan)
c. ( ) Mailing list ______________________ (sebutkan)
d. ( ) Browsing website ______________________ (sebutkan)
e. ( ) Media Cetak ______________________ (sebutkan)
f. ( ) Majalah ______________________ (sebutkan)
g. ( ) Poster
h. ( ) Lainnya ______________________ (sebutkan)


ANGGOTA 2
1. Jelaskan dengan singkat dan pada tentang apa yang anda tahu mengenai Eagle Awards Documentary Competition 2009.


2. a . Sebutkan judul film dokumenter yang anda anggap paling menarik dan jelaskan alasannya!

b. Sebut kan judul film dokumenter produksi Eagle Award Documentary Competition 2005-2008 yang anda anggap paling menarik dan jelaskan alasannya!

c. Sebut kan judul film dokumenter produksi Eagle Award Documentary Competition 2005-2008 yang anda anggap paling tidak menarik dan jelaskan alasannya!

3. a. Apakah perbedaan antara film fiksi dengan film dokumenter menurut pendapat anda sendiri?


b. Apakah perbedaan antara film dokumenter dengan news feature menurut pendapat anda sendiri?



4. Dari mana anda mendapatkan informasi tentang promosi/pendaftaran EADC? Beri tanda X pada jawaban yang tepat, dan isi jawaban bila diminta:
a. ( ) MetroTV
b. ( ) Radio ______________________ (sebutkan)
c. ( ) Mailing list ______________________ (sebutkan)
d. ( ) Browsing website ______________________ (sebutkan)
e. ( ) Media Cetak ______________________ (sebutkan)
f. ( ) Majalah ______________________ (sebutkan)
g. ( ) Poster
h. ( ) Lainnya ______________________ (sebutkan)


PEMAHAMAN TEMA

1. Jelaskan apa yang anda pahami tentang tema Eagle Awards 2009 ”Indonesia Kreatif”Apa Ide Cerita film


2. Jelaskan kaitan ide cerita anda dengan tema Eagle Awards 2009 “Indonesia Kreatif”









IDE CERITA

1. Apa Ide Cerita film documenter yang anda ajukan [uraikan dengan seingkat dan jelas]


2. Dari mana ide cerita anda ini berasal? (Beri tanda X pada pilihan anda)
a. (…..) Tugas kuliah
b. (…..) Tugas kantor
c. (…..) Media Cetak ; ……………………………..(sebutkan artikel/nama media, tanggal terbit)
d. (…..) Televisi ; …………………………………..(sebutkan nama program)
e. (…..) Internet ; …………………………………...(sebutkan nama situs/web)
f. (…..) Sumber lainnya ;……………………………(sebutkan secara mendetil)

3. Jelaskan apa tujuan anda menyampaikan ide cerita anda kepada publik dalam bentuk film documenter?




4. Uraikan ide cerita film dokumenter yang anda ajukan ke dalam bentuk sinopsis dengan singkat dan jelas! [ min: 250 kata, max: 350 kata]






DATA RISET
Hal yang paling penting dan merupakan jaminan/syarat utama agar film documenter bisa diproduksi dengan baik adalah data dan fakta, sehingga ide cerita yang anda ajukan harus berdasarkan data dan fakta yang valid. Tujuan pertanyaan dari bagian data riset ini adalah untuk mengetahui telah sejauh mana anda memahami permasalahan yang terjadi dan mengenal subjek berdasarkan data dan fakta yang valid. Jawablah pertanyaan pada bagian data riset ini secara jujur. Pemalsuan informasi yang anda berikan merupakan penipuan dan dapat diproses secara hukum.


1. Deskripsikan dengan jelas dan singkat Apa yang menjadi inti permasalahan / focus dalam ide cerita film anda?


2. Deskripiskan dengan jelas dan singkat apa keunikan sudut pandang anda dalam ide cerita ini?

3. Siapa yang akan menjadi subjek anda? (subjek tidak harus individu, tapi bisa kelompok atau institusi atau bahkan benda yang intinya dapat digunakan sebagai media menyampaikan pesan dari ide cerita anda)


4. Deskripsikan dengan jelas dan singkat tentang subjek anda? (historis,karakter, pekerjaan,nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, keluarga, sifat dan lain sebagainya)


5. Bagaimana anda mengenal subjek?


6. Sudah berapa lama anda mengenal subjek?



5. Geografis
a. Dimana lokasi subjek anda? [sebutkan desa, kecamatan, kabupaten dan propinsinya]
b. Bagaimana anda mencapai lokasi subjek? [akses transportasi]
c. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi subjek
d. Dimanakah lokasi shooting anda?
e. Jika anda terpilih menjadi finalis eagle awards, dimana anda akan tinggal? [bagaimana dengan akomodasi, konsumsi, sumber listrik] (sebutkan dengan detil)

6. Metode riset Apa yang anda lakukan dalam mengumpulkan data dan fakta yang berhubungan dengan ide cerita anda? (Beri tanda X pada pilihan anda)
a. (…..) Riset Pustaka
b. (…..) Observasi [mengunjungi tokoh dan lokasi]
c. (…..) Interview
7. LAMPIRKAN hal-hal berikut :
a. Resume hasil riset anda (maksimum 5 halaman A4, dengan spasi 1,5 dan font Times New Roman
ukuran 12.
b. Minimal 4 lembar foto subjek ukuran 4R
c. Minimal 4 lembar foto Lokasi ukuran 4R
d. Minimal 4 lembar foto subjek yang sedang berada dilokasi ukuran 4R
e. Minimal 4 lembar foto kegiatan subjek sehari-hari ukuran 4R
f.. Foto Copy KTP/Kartu Identitas Lainnya sebanyak 2 lembar




Jadwal Eagle Awards
1. Seleksi Proposal 5-12 Juni 2009
2. Tes Psikologi 15-17 Juni 2009
3. Seleksi wawancara 18-20 Juni 2009
4. Riset Semifinalis 22-28 Juni 2009
5. Pitching Forum 1-2 Juli 2009
6. Eagle Lab s/d Premiere 3 Juli – 3 September 2009
7. Awards Night 22 – 24 Oktober 2009

KOMITMEN
Kami, _(nama anggota 1)___ dan ______(nama anggota 2)__, menyatakan:
1. Bahwa informasi yang kami tulis adalah benar, lengkap, dan akurat. Kami menyadari pemalsuan terhadap informasi di atas akan menyebabkan dikeluarkannya kami dari program ini dan diproses secara hukum.
2. Telah mendapatkan izin untuk mengikutsertkan data dan fakta yang berkaitan dengan ide cerita dari subjek dan atau karakter utama dan atau sumber informasi lainnya dalam Eagle Awards Documentary Competition 2009.
3. Bersedia untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan Eagle Awards Documentary Competition 2009 dari proses seleksi pada bulan juni hingga malam anugerah pada bulan oktober 2009 secara penuh waktu.
4. Menerima dan menjalankan sangsi yang telah ditetapkan oleh panitia jika melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh oleh panitia.


Tandatangan Anggota 1:




Tandatangan Anggota 2:
Tanggal: Tanggal:



BACA SELANJUTNYA...

18 Juni, 2009

LOMBA FILM DOKUMENTER PAPUA

Festival dan Lomba Film Dokumenter Papua

Dalam rangkaian kampanye “Selamatkan Manusia dan Hutan Papua” Foker LSM Papua bersama Tim Advokasi dan Lobby Selamatkan Manusia dan Hutan Papua menyelenggarakan Lomba Film Dokumenter dan Festival Film Dokumenter. Film-film yang diikutsertakan dalam lomba film dokumenter ini akan diputar bersama beberapa film tentang Papua lainnya dalam festival film dokumenter Papua yang akan dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2009 yang bertepatan dengan Hari Lingkungan Sedunia.
Pemenang lomba akan mendapatkan hadiah berupa uang tunai, trophy serta kesempatan mengikuti training pembuatan film dokumenter di luar Papua. Film-film yang terpilih sebagai film terbaik akan diputar di salah satu televisi lokal.



Persyaratan Umum:

Tema Film
Film yang akan diikutkan dalam lomba dan festival merupakan film yang bertemakan Hubungan Manusia Dengan Lingkungannya atau Kearifan Tradisional Orang Asli Papua Dalam Menjaga Lingkungannya.

Kriteria Peserta
Peserta Lomba Film harus merupakan pembuat film amatir atau komunitas dan bukan profesional serta berdomisili di Papua.

Kategori Peserta Lomba Film
Peserta Lomba Film Dokumenter ini dibagi dalam 2 kategori yakni kategori Pelajar (Sekolah Menengah) dan kategori Umum (Mahasiswa dan Umum)

Persyaratan Khusus

- Kompetisi terbuka untuk warga negara Indonesia yang berdomisili di Papua dan Papua Barat
- Karya peserta kompetisi harus film dokumenter (panitia memiliki hak untuk mengkualifikasikan apakah karya peserta termasuk dokumenter atau tidak).
- Karya film merupakan produksi tahun 2008-2009.
- Film belum pernah ikut serta dalam kompetisi film dokumenter lainnya
- Film tidak berupa profil lembaga/perusahaan, iklan layanan masyarakat, trailer film atau video musik.
- Film utuh tanpa disertai potongan jeda untuk iklan.
- Materi film (objek, musik, stock shoot, dan lain-lain) tidak melanggar hak cipta. Pelanggaran dan gugatan atas hak cipta terhadap karya yang diikutkan dalam kompetisi ada di luar tanggung jawab Panitia.
- Format materi karya berupa DVD Video Pal atau MiniDV Pal.
- Hak Cipta tetap dimiliki oleh Peserta.
- Panitia berhak mempergunakan materi yang diikutsertakan dalam kompetisi untuk kegiatan Festival Film Dokumenter.
- Karya diterima panitia paling lambat 30 April 2009.
- Durasi film maximal 15 (lima belas) menit, termasuk credit title.

Bagaimana Mengikuti Lomba dan Festival Film Dokumenter Papua?

Setiap peserta yang akan mengikuti lomba dan festival film dokumenter Papua ini diharuskan menyertakan:

1. Formulir pendaftaran yang telah diisi dengan lengkap dan benar.
2. Materi film :
a. Preview Copy (Materi film yang akan digunakan saat seleksi administrasi) dalam bentuk DVD Video Pal atau MiniDV Pal
b. Screening Copy ( Materi film yang akan diproyeksikan ke layar lebar untuk keperluan penjurian dan pemutaran saat festival) dalam bentuk DVD Video Pal atau MiniDV Pal (Kualitas Master).
3. Foto potongan adegan film/Still photo berbentuk file elektronik/digital dengan ukuran resolusi 300dpi format .jpeg dalam CD terpisah (digunakan saat seleksi administrasi dan keperluan cetak katalog).
4. Sinopsis film dalam bahasa Indonesia (maksimal 500 karakter atau ½ halaman A4 -kuarto).
5. Fotokopi tanda pengenal.
a. Kartu pelajar untuk peserta kategori pelajar.
b. KTP/SIM/Paspor untuk peserta kategori film umum.

Semua kelengkapan pendaftaran dikemas dalam satu amplop tertutup dan dikirim ke sekretariat panitia :
Festival Film Dokumenter Papua "Selamatkan Manusia dan Hutan Papua"
Jl. USTP, Padang Bulan
Abepura, Jayapura
Papua
T: 0967-7581600
E: smhp@fokerlsmpapua.co.ccThis e-mail address is being protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it

Formulir dapat di-download di: www.tabloidjubi.com atau www.fokerlsmpapua.org
Karya diterima panitia paling lambat tanggal 30 April 2009 (cap pos)

BACA SELANJUTNYA...

FESTIVAL FILM DOKUMENTER TERBESAR



Untuk keduapuluh kalinya, festival film dokumenter internasional Amsterdam (IDFA) dimulai. Di awali dengan pemutaran film Operation Homecoming: Writing the Wartime Experience (Richard Robbins, Amerika, 2007), festival film terbesar di dunia untuk genre dokumenter ini berlangsung hingga 2 Desember.
IDFA telah menyeleksi ribuan film untuk masuk dalam kompetisi dan non-kompetisi dari berbagai program. Sejak 1988, mereka berupaya membuut budaya dokumenter secara nasional dan internasional. Yang dinilai adalah inovasi, orisinalitas, kemampuan profesional, ekspresi, dan nilai sejarah/budaya.



Festival ini telah mempertontonkan karya, di antaranya, Werner Herzog, Kazuo Hara, Robert Kramer, Michael Moore dan Ulrich Seidl. Di samping itu, beberapa pembuat film muda yang inovatif--termasuk Victor Kossakovksy, Sergei Dvortsevoy dan Yoav Shamir—lahir dari sini.
Akan ada masterclass dan presentasi dari sutradara terkenal, seperti Maziar Bahari (Iran), Paul Fierlinger (USA) dan Werner Herzog (Jerman/USA).
Program utama kompetisi bertujuan mencari film-film dokumenter baru terbaik tahun untuk dianugerahi lima penghargaaan berbeda. Pertama. Joris Ivens Competitions yang berhadiah €12.500. akan ada juga Special Jury Award. Film-film yang berlaga, di antaranya, All White in Barking (Marc Isaacs, Inggris), Bajo Juárez, the City Devouring Its Daughters (José Antonio Cordero, Alejandra Sánchez, Mexico), Encounters at the End of the World (Werner Herzog , USA) dan Hold Me Tight, Let Me Go (Kim Longinotto, Inggris).
Kedua, Silver Wolf Competition yang memperlombakan 15 film berdurasi tak lebih dari 60 menit. Penerima The Silver Wolf Award akan mendapatkan €10.000. program yang disponsori oleh NPS (broadcaster Belanda) ini akan membeli dan menyiarkan sang pemenang.
Ketiga, Silver Cub Competition yang menilai 17 film yang kurang dari 30 menit dan berhadiah €5.000. Keempat, First Appearance, yang berhadiah € 2.500. Terakhir, dengan jumlah hadiah sama, adalah IDFA Student Competition
Di samping kompetisi, program non-kompetisi juga tak kalah menarik. Akan ada IDFA Top 20, yang merupakan perayaan 20 tahun festival ini. Selama 7 tahun, panitia meminta para penonton untuk memilih 20 film terbaik yang akan dipertontonkan pada ajang kali ini,. Sebagai favorit, terpilih Darwin’s Nightmare (Hubert Sauper, 2004), yang akan ditayangkan bersama, di antaranya O amor natura ( Heddy Honigmann, 1996), Checkpoint (Yoav Shamir, 2003), Bowling for Columbine (Michael Moore, 2002), dan Grizzly Man, (Werner Herzog, 2005).
Reflecting Images adalah program di luar kompetisi yang terbesar, dan terbagi menjadi tiga: Best of Fests, Masters dan Panorama. Best of the Fests mengetengahkan film-film yang membuat imbas yang kuat dalam berbagai festival dalam beberapa waktu ini. Panorama menawarkan 30 film yang provokatif dalam format dan pilihan tema.Masters mempersembahkan 12 karya baru dari para sutradara terkenal seperti Peter Raymont, Jay Rosenblatt, Bill Couturié, Jan Sverák, Peter Entell, Frederik Wiseman dan Antonio Ferrera.
Ada juga IDFA Animation Programme yang bergulat dengan wacana hubungan animasi dan dokumenter yang sekilas paradoks. Ajang ini dimotori oleh Erik van Drunen dan Gerben Schermer, direktur Holland Animation Film Festival (HAFF). Debat soal hal ini akan menghadirkan Paul Wells.
Program lainnya adalah Jan Vrijman Fund Film Programme, Highlights of the Lowlands, ParaDocs, Kids & Docs, juga Documentary Workshop. Di samping itu, ada Maziar Bahari Retrospective, Film School in Focus: the Dutch Film and Television Academy,
Film-film tentang Indonesia juga pernah ditayangkan di sini. Di antaranya Indonesia Calling (Joris Ivens Australia, 1946), Indonesia Merdeka! (Roelof Kiers, Belanda, 1976), Shadow Play - Indonesia's Years of Living Dangerously (Chris Hilton, Australia, 2001), Werken van Barmhartigheid (Mannus Franken, pembuat film Pareh, Belanda, 1947), dan Kawah Ijen (Philip Mulroy England, 2003).
Karya-karya Leonard Retel Helmrich, sutradara berdarah setengah Indonesia, juga pernah ditayangkan di sini, yaitu Promised Paradise (2006) yang dicekal pada Jakarta International Film Festival 2006 lalu, dan de stand van de zon (the Eye of the Day, 2001). Bahkan stand van de maan (Shape of the Moon, 2004) menjadi pemenang utama pada 2004.
Bagaimana dengan film dokumenter karya anak Indonesia? Sejauh RF telusuri, belum ada, termasuk dalam proyek Jan Vrieman Fund. Kecuali The Asmat (Indonesia, 1981 Yasuko Ichioka, Dea Sudarman, Indonesia, 1981). Ibu Dea ini pula—tak lain tak bukan adalah penggagas, pemilik gedung, perawat-koleksi Gedung Dua8 Kemang Jakarta) yang menjadi juri Joris Ivens pada 1993 bersama Karl Gass (Germany), Heddy Honigmann (Belanda), Stephen Peet (Inggris), dan William Uricchio (USA/Belanda) dan memenangkan Belovy / The Belovs (Rusia, 1993) dari Victor Kossakovsky.


BACA SELANJUTNYA...

17 Juni, 2009

BERITA PERTAMA DIKENDARI

berita tertulis pertama Kota Kendari diperoleh dari tulisan Vosmaer (1839) yang mengunjungi teluk Kendari untuk pertama kali pada tanggal 9 Mei tahun 1831 dan membuat peta teluk Kendari. sejak saat itu teluk Kendari dikenal dengan nama vosmaer’s baai (teluk vosmaer).



Pada tahun 1832 Vosmaer kembali ke teluk Kendari dan mendirikan lodge (loji=kantor dagang) dan rumah untuk Raja Ranomeeto (Lakina Laiwoi) bernama Tebau, yang sebelumnya bermukim di lepo-lepo. Sumber Inggris (Heeren, 1972) menyatakan, para pelayar dari bugis dan bajo melakukan aktivitas perdagangan di teluk Kendari dengan penduduk setempat (Suku Tolaki) yang bermukim disebelah selatan dan sebelah barat Teluk Kendari pada akhir abad ke 18. hal ini ditunjukkan adanya etnis tersebut disekitar teluk Kendari pada awal abad ke 19. sebagai fungsi kota pelabuhan dapat dikatakan pada awal abad ke 19, menyusul fungsi kota Kendari sebagai pusat kota kerajaan laiwoi pada 1832 ketika dibangunnya istana raja disekitar Teluk Kendari. *Sejarah Kota Kendari


BACA SELANJUTNYA...

16 Juni, 2009

MEMBUAT FILM DOKUMENTER



Membuat film bukanlah suata hal yang sulit. Jika kita ingin membuat film, maka kita harus lebih dulu tahu pengertian film dan jenis apa yang akan kita buat. Cara membuat film dokumenter yang ditulis oleh Fajar Nugroho dalam bukunya ini dapat membimbing kita dalam proses pembuatan film dokumenter. Kurangnya minat masyarakat kita terhadap film dokumenter karena film dokumenter dahulunya mengunakan topik yang kaku dan tidak menghibur penonton.



Dalam membuat film dokumenter yang kita rekam harus berdasarakan fakta yang ada. Jadi film dokumenter adalah suata film yang mengandung fakta dan subjektivitas pembuatnya. Artinya apa yang kita rekam memang berdasarkan fakta yang ada, namun dalam penyajiannya kita juga memasukkan pemikiran-pemikiran kita.

Dalam membuat film dokumenter ada langkah-langkah dan kiat bagaimana film yag kita produksi disenangi oleh penonton dan tidak memakan biaya yang besar saat memproduksinya.. Langkah yang harus kita tempuh dalam membuat film dokumenter adalah pertama, menentukan ide. Ide dalam membuat film dokumenter tidaklah harus pergi jauh-jauh dan memusingkan karena ide ini bisa timbul dimana saja seperti di sekeliling kita, di pinggir jalan, dan kadang ide yang kita anggap biasa ini yang menjadi sebuah ide yang menarik dan bagus diproduksi. Jadi mulailah kita untuk bepfikir supaya peka terhadap kejadian yang terjadi.

Kedua, menuliskan film statement. Film statement yaitu penulisan ide yang sudah ke kertas, sebagai panduan kita dilapangan saat pengambilan Angel. Jadi pada langkah kedua ini kita harus menyelesaikan skenario film dan memperbanyak referensi sehingga film yang kita buat telah kita kuasai seluk-beluknya.

Ketiga, membuat treatment atau outline. Outline disebut juga script dalam bahasa teknisnya. Script adalah cerita rekaan tentang film yang kita buat. script juga suatu gambar kerja keseluruhan kita dalam memproduksi film, jadi kerja kita akan lebih terarah. Ada beberapa fungsi script. Pertama script adalah alat struktural dan organizing yang dapat dijadikan referensi dan guide bagi semua orang yang terlibat. Jadi, dengan script kamu dapat mengkomunikasikan ide film ke seluruh crew produksi. Oleh karena itu script harus jelas dan imajinatif. Kedua, script penting untuk kerja kameramen karena dengan membaca script kameramen akan menangkap mood peristiwa ataupun masalah teknis yang berhubungan dengan kerjanya kameramen. Ketiga, script juga menjadi dasar kerja bagian produksi, karena dengan membaca script dapat diketahui kebutuhan dan yang kita butuhkan untuk memproduksi film. Keempat, script juga menjadi guide bagi editor karena dengan script kita bisa memperlihatkan struktur flim kita yang kita buat. Kelima, dengan script kita akan tahu siapa saja yang akan kita wawancarai dan kita butuhkan sebagai narasumber.

Keempat, mencatat shooting. Dalam langkah keempat ini ada dua yang harus kita catat yaitu shooting list dan shooting schedule. Shooting list yaitu catatan yang berisi perkiraan apa saja gambar yang dibutuhkan untuk flim yang kita buat. jadi saat merekam kita tidak akan membuang pita kaset dengan gambar yang tidak bermanfaat untuk film kita. Sedangkan shooting schedule adalah mencatat atau merencanakan terlebih dahulu jadwal shooting yang akan kita lakukan dalam pembuatan film.

Kelima, editing script. Langkah kelima ini sangat penting dalam pembuatan film. Biasa orang menyebutnya dengan pasca produksi dan ada juga yang bilang film ini terjadinya di meja editor. Dalam melakukan pengeditan kita harus menyiapkan tiga hal adalah menbuat transkip wawancara, membuat logging gambar, dan membuat editing script. Dalam membuat transkipsi wawancara kita harus menuliskan secara mendetail dan terperinci data wawancara kita dengan subjek dengan jelas.

Membuat logging gambar ini maksudnya, membuat daftar gambar dari kaset hasil shuuting dengan detail, mencatat team code-nya serta di kaset berapa gambar itu ada. Terakhir ini merupakan tugas filmmaker yang membutuhkan kesabaran karena membuat editing scrip ini kita harus mempreview kembali hasil rekaman kita tadi ditelevisi supaya dapat melihat hasil gambar yang kita ambil tadi dengan jelas. Dengan begitu kita akan mebuat sebuah gabungan dari Outline atau cerita rekaan menjadi sebuah kenyataan yang dapat menjadi petunjuk bagi editor.

Dengan meneyelesaikan langkah di atas maka kita mecoba mencari sponsor untuk memutar film di khalayak umum. Jika sudah ada maka anda siap-siap jadi orang terkenal. Jadi sekarang tunggu apalagi bagi filmmaker pemula mulailah tunjukan bahwa karya kamu dapat dinikmati dan menarik untuk di tonton oleh semua kalangan.

BACA SELANJUTNYA...

11 Juni, 2009

CCF NONTON FILM DOKUMENTER


Ada kabar gembira bagi yang senang menonton film dokumenter. Mulai bulan April 2009, Pusat Kebudayaan Perancis (Centre Culturel Francais – CCF) Bandung menggelar program Rabu Dokumenter alias Mercredi Documentaire. Kegiatan yang diisi dengan menonton film dokumenter ini, dilengkapi juga dengan diskusi seputar tema dari film yang baru saja ditonton.



Program ini akan digelar setiap 2 minggu sekali pada hari Rabu malam. Bertempat di auditorium CCF, Jl. Purnawarman 32, Bandung, kegiatan ini gratis dan terbuka untuk siapa saya yang ingin menonton film dokumenter.

Pemilihan tema film pun disesuaikan dengan bulan pemutaran. “Karena bulan ini (April-red) merupakan bulan pembangunan, jadi filmnya tentang pembangunan. Bulan depan, filmnya tentang buruh karena berkaitan dengan Hari Buruh,” tutur Dina Matayas, Staf Kebudayaan CCF Bandung ketika ditemui di ruang kerjanya pada Rabu, 29 April 2009 lalu.

Disampaikan oleh Dina, program ini sudah diinisiasi mulai awal tahun 2009. Namun karena banyaknya hambatan, program ini baru bisa direalisasikan bulan April.
Ketika ditanya latar belakang program ini, Dina mengungkapkan bahwa CCF mempunyai banyak film dokumenter di perpustakaan. “Waktu liat di perpustakaan, banyak sekali filmnya. Sayang kalau tidak diputar,” tutur Dina.

Selain itu, CCF juga ingin mengajak masyarakat Bandung menonton film dokumenter. Dirinya menilai, selama ini peminat film dokumenter di Bandung masih sangat jarang. “Padahal film dokumenter kan nyata, bukan fiksi,” tandasnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Daus, Filmmaker asal Bandung. Dia mengungkapkan bahwa program ini dimaksudkan untuk memasyarakatkan film dokumenter yang masih jarang peminatnya di Bandung. “Dokumenter booming di Jakarta. Tapi masih kurang peminatnya di Bandung,” ungkap Daus.

Petakan Komunitas Film

Selain ingin memasyarakatkan film dokumenter, program ini juga dimaksudkan untuk memetakan komunitas film di Bandung. Daus mengaku, dirinya masih sulit mengidentifikasi komunitas film di Bandung. Padahal komunitas film di Bandung jumlahnya sudah cukup banyak. Diharapkan, dengan cara ini komunitas film dapat berkumpul dan saling mengenal satu sama lain.

Ke depannya, program ini tidak hanya akan memutar film-film dokumenter dari luar negeri. Film-film dokumenter dari komunitas di Bandung diharapkan bisa ditampilkan juga. “Supaya lebih hidup dan lebih memotivasi,” ungkap Daus singkat.

BACA SELANJUTNYA...

RUMAH BAMBOE JADI PEMENANG LOMBA DOKUMENTER


Minggu, 2009 Maret 08

Pemenang LIMAS UI 2009

1. Lomba Nasional

A. Lomba Film Dokumenter
Juara 1 (hadiah Rp. 2.000.000,00 + medali dan sertifikat ) :
Rumah Bamboe Production - Kendari, Sulawesi Tenggara
Judul : “Atapku Langitku”
Juara 2 (hadiah Rp. 1.500.000,00 + medali dan sertifikat) :

Denny Riestanto - Surabaya
Judul : “Pengantin Bunga Pelastik”

Juara 3 (hadiah Rp. 1.000.000,00 + medali dan sertifikat) :
Jatmiko Wicaksono - Yogyakarta
Judul : “Sampah Melulu”