26 Agustus, 2009

SCREENDOCS 2009 GOTHE HOUSE


In-Docs dan Goethe-Institut Jakarta mempersembahkan
screenDocs! Regular: diskusi dan pemutaran film dokumenter 8 Sept 2009
17.30 WIB GoetheHaus Jl. Sam Ratulangi 9-15, Jakarta Pusat www.goethe.de


FILM
1. Wow! Vanessa - The Big Jump (Georg Bussek | Germany)
2. Joki Kecil (Yuli Andari M, Anton Susilo | Indonesia)
3. Tom W ( Anna Wieckowska | Poland)
4. Di Atas Rel Mati (Nur Fitriah Napiz, Welldy Handoko | Indonesia

DISKUSI

Tema: Anak
Speaker:
1. Joshua (mantan penyanyi cilik)
2. Ery Seda (Sosiolog)
Moderator: Chandra Tanzil (sutradara dan produser film dokumenter)

SINOPSIS

Wow! Vanessa - The Big Jump
Vanessa melompat di atas mobil dan melempar dirinya ke atas kuda. Dia telah berjuang bersama teman-temannya dan orang tuanya bahagia dan bangga akan dirinya. Vanessa adalah gadis berusia 11 tahun dan menjadi stunt girl. Segera dia akan melompat dari ketinggian 6 meter. Dia telah berlatih keras untuk lompatan tersebut di sebuah sekolah Stunt. Meskipun begitu ia membutuhkan keberanian yang besar untuk melakukannnya..

Joki Kecil
Pacuan kuda adalah tradisi rakyat yang populer di Sumbawa. Para pengendara kuda adalah anak-anak yang nasibnya tidak sebagus para pemilik kuda. Joki kecil harus menaiki kuda liar tanpa peralatan keamanan yang memadai dengan imbalan yang tidak seberapa. Orang-orang yang berperan dalam pacuan kuda ini, ikut andil dalam arena kemenangan, kebanggaan, perjudian dan kepedihan.


Tom W
Tom berusia 12 tahun dan hidup di Polandia. Sepulang sekolah ia membantu keluarganya: bekerja, pindah ke rumah baru, membeli hadiah natal. Tidak ada masalah bagi Tom sebenarnya, lagipula siapa yang akan melalukan pekerjaan-pekerjaan itu selain dirinya? Cara anggota keluarga lain mengatur kehidupan sehari-hari mereka adalah sesuatu yang benar-benar masalah yang berbeda.


Di Atas Rel Mati
Wahyudi, Ropik, Ade dan Wanto menuturkan tetang keseharian mereka sebagai ‘anak lori’. Anak-anak ini mencoba bertahan hidup dengan menyediakan jasa transportasi lori dorong, sebuah alat untuk mengangkut penumpang dan barang yang kerap dimanfaatkan oleh warga kampung Dao Atas, Ancol – Jakarta. Latar belakang kemiskinan yang membuat mereka putus sekolah. Kehidupan sebagai anak lori membuat mereka beranggapan bahwa sekolah tidak penting. Hal menimbulkan sikap skeptis dalam memandang masa depan.
BACA SELANJUTNYA...

PROTES PERDA,PSK BUAT FILM DOKUMENTER


BLITAR - Para Pekerja Seks Komersial (PSK) penghuni 3 lokalisasi legal di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, akan membuat film dokumenter sebagai bentuk protes atas peraturan daerah yang melarang lokalisasi PSK.

Dalam durasi 45 menit, para wanita tunasusila "warga" lokalisasi Tanggul, Desa Pasirharjo, Kecamatan Talun, lokalisasi Poluhan, Desa Kendalrejo, Kecamatan Srengat, dan Ngreco, Kec Selorejo, berusaha memperlihatkan kondisi sosial mereka dalam adegan gerak dan dialog.



Film tersebut ingin menunjukkan kepada masyarakat dan pemerintah, bahwa PSK bukanlah sekumpulan orang buangan yang tidak bercita-cita. Mereka juga manusia seperti halnya anggota masyarakat pada umumnya, yang ingin hidup sejahtera secara ekonomi dan sosial.

Menurut keterangan Mawan Wahyudin, Direktur NGO The Post Institute, selaku pendamping PSK, film dokumenter ini merupakan wujud protes PSK atas dikeluarkanya Perda No 15, Tahun 2008 tentang pelarangan lokalisasi di Kabupaten Blitar.

"Kita tidak hanya melakukan aksi unjuk rasa dengan mendatangi legislatif dan eksekutif untuk bernegoisasi. Namun aspirasi (protes) ini, kita kemas dalam sebuah film dokumenter," ujar Mawan.

Dalam adegan, sebanyak 74 PSK Talun, 35 PSK Selorejo, dan 106 PSK Poluhan Srengat, mengambil setting lokasi secara berpindah-pindah.

Dalam beberapa babak, akan disajikan kehidupan remang PSK dalam mengais rupiah, hingga "tembakan" dialog yang menunjukkan protes terhadap negara dan sistem yang tidak memihak.

Rentetan adegan visual itu menurut Mawan, untuk mematahkan asumsi yang berlaku di masyarakat selama ini, jika PSK murni (ansich) memburu ekonomi.

"Itu semua tidak benar, karena sebenarnya ada problem lebih besar yang sifatnya mentalitas atau psikis. Dan itu menjadi tugas negara dan kita semua untuk memecahkanya," paparnya.

Film yang secara finansial, ditopang secara swadaya ini, rencananya akan diedarkan di kalangan tertentu, termasuk diberikan para pembuat kebijakan.

"Dengan film yang belum kita kasih judul ini, kita akan berusaha menggugah hati para penguasa, bagaimana memperlakukan kelompok yang marjinal ini," jelasnya.

Sementara Bupati Blitar, Herry Noegroho, sebelumnya mengatakan siap mengubah kebijakan yang dicetuskan dalam Perda pelarangan prostitusi. Orang nomor satu di Kabupaten Blitar ini berencana akan melokalisir para PSK di lokalisasi Ngreco Kec Selorejo, bukan menutup seluruhnya. "Jadi yang ditutup hanya di Talun dan Srengat. Semua PSK ini akan dilokalisir di Selorejo, "pungkasnya. (solichan arif)
BACA SELANJUTNYA...

RUMAH BAMBOE JADI PEMENANG LOMBA DOKUMENTER


Minggu, 2009 Maret 08

Pemenang LIMAS UI 2009

1. Lomba Nasional

A. Lomba Film Dokumenter
Juara 1 (hadiah Rp. 2.000.000,00 + medali dan sertifikat ) :
Rumah Bamboe Production - Kendari, Sulawesi Tenggara
Judul : “Atapku Langitku”
Juara 2 (hadiah Rp. 1.500.000,00 + medali dan sertifikat) :

Denny Riestanto - Surabaya
Judul : “Pengantin Bunga Pelastik”

Juara 3 (hadiah Rp. 1.000.000,00 + medali dan sertifikat) :
Jatmiko Wicaksono - Yogyakarta
Judul : “Sampah Melulu”